18 April 2019 / Renungan Harian

TUHAN YANG MENJADI HAMBA


media

TUHAN YANG MENJADI HAMBA
Yohanes 13:1-17; 31-35b

“Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.” (Yoh. 13:16)

Hujan turun deras ketika ada perayaan Natal di sebuah gereja. Di pojok ruang gereja, air merembes masuk. Akibatnya, lantai menjadi basah. Seorang Bapak yang punya jabatan tinggi di perusahaan, dengan sigap mengambil ember dan kain pel. Ia lalu mengelap air di lantai dan menaruh ember di bawah atap yang bocor. Melihat itu, jemaat yang lain gelisah. Mereka malu karena yang sigap menangani kebocoran itu adalah anggota jemaat yang berjabatan tinggi.

Para murid mestinya merasa malu dan tidak enak ketika Yesus membasuh kaki mereka. Mengapa? Sebab itu adalah pekerjaan hamba. Sementara, Yesus adalah Tuan atau orang yang mereka hormati. Yang seharusnya melakukan pembasuhan adalah para murid kepada Yesus, bukan sebaliknya. Menariknya, ketika Yesus melakukan itu, para murid menerimanya. Petrus bahkan meminta lebih; Petrus meminta bukan hanya kakinya yang perlu dibasuh, tetapi juga seluruh tubuh-Nya (ay. 9). Permintaan Petrus ini mengeskpresikan keinginan Petrus yang ingin dilayani lebih oleh Kristus. Artinya, Petrus merasa berhak dilayani.

Sikap Petrus menggambarkan kecenderungan kita, yang lebih suka dilayani dan merasa berhak dilayani. Jika Yesus yang adalah Tuhan saja bersedia menjadi hamba, mestinya kita juga memiliki sikap yang sama: mau melayani sesama kita. Kita tidak harus berganti profesi dan menjadi hamba, tetapi kita bisa memakai profesi atau panggilan kita untuk melayani sesama.

DOA:

Ya Kristus, tolong mampukan kami memiliki sikap seorang hamba yang mau melayani sesama. Amin.

Kel. 12:1-4 [5-10] 11-14; Mzm. 116:1-2, 12-19; 1Kor. 11:23-26; Yoh. 13:1-17, 31b-35

Latest ARTICLE