GKI known as a church that easily welcome in Indonesia.
GKI is stands for INDONESIA CHRISTIAN CHURCH,
is not CHRISTIAN CHURCH IN INDONESIA states that
this Church of God is growing and rooted in Indonesia.
In 1958, THKTKH Hwee Khoe East Java that uses bahasa Indonesia, change the name to "GKI Jawa Timur".
GKI grows to be relevant and impactful church in the society in effort to build the God's Kingdom on earth.
Susunan kepengurusan BPMSW GKI SW Jawa Timur periode tahun 2021-2025
dan BPMK GKI Klasis Banyuwangi, Bojonegoro, Madiun periode tahun 2020-2023
Sekretariat: Jl. Taman Bendul Merisi Selatan 16, Surabaya 60239
Phone: (031) 8476738
Fax: -
Email : klasisbanyuwangi@yahoo.com
Sekretariat: Jl. Taman Bendul Merisi Selatan 16, Surabaya 60239
Phone: (031) 8481673
Fax: (031) 8420633
Email : klasis_bojonegoro@yahoo.co.id
Jl. Taman Bendul Merisi Selatan 16, Surabaya 60239
Phone: (031) 8481674
Fax: (031) 8481674
Email : bpmkls_madiun@yahoo.co.id
(+62) 31 8476735, 8476736, 8476737
GEREJA KRISTEN INDONESIA SINODE WILAYAH JAWA TIMUR
Jalan Taman Bendul Merisi Selatan 18
Bendul Merisi, Wonocolo
Surabaya 60239, Jawa timur
admkantor.gkiswjatim@yahoo.com
Ketua umum : Pdt. Leonard Andrew Immanuel
Ketua I : Pnt. Eka Harianto Wibisono
Ketua II : Pdt. Florida Rambu Bangi Roni
Sekretaris Umum: Pdt. Martin K. Nugroho
Wakil Sekretaris Umum : Pdt. Kristianto Basuki
Bendahara I : Pnt. Andy Wongso Gunawan
Bendahara II : Pnt. Stevanus Nathanael
Anggota :
Pdt. Andri Purnawan
Pnt. Arthur Rinold Joseph
Pdt. Kuswanto
Pnt. Inggriati Djojoseputro
Pnt. Lady Christanty Rekadhayu
Pnt. Pradhono
Pnt. Julika Christina
Ketua I : Pdt. Yoel Ang
Ketua II : Pdt. Fransiscus Oktavianus Turino
Sekretaris I : Pdt. Erlinda Suryani Zebua
Sekretaris II : Pnt. Herman Nagaseta
Bendahara I : Pnt. Kris Dharmasagara
Bendahara II : Pnt. Sri Mulyono
Anggota :
- Pdt. Aditya Christo Saputro
- Pdt. Andreas Daud
- Pdt. Sri Agus Patnaningsih
- Pdt. Theodorus Willem Noya
- Pnt. Alvictor Cahyadi
- Pnt. Arif Yudo Santoso
- Pnt. Herlina
- Pnt. Imanuel Angi
- Pnt. Priyo Budi Asmoro
- Pnt. Soegiono
- Pnt. Tri Marjantini
- Pnt. Welianto
Ketua : Pdt. Deddy G Satyaputra (GKI Darmo Satelit)
Wakil Ketua : Pnt. Juniarto (GKI Pregolan Bunder)
Sekretaris I : Pdt. Iwan Sukmono (GKI Bojonegoro)
Sekretaris II : Pnt. Hudy M Suryawan (GKI Citraland)
Bendahara I : Pnt. Hanny Hosiana Tumbelaka (GKI Pregolan Bunder)
Bendahara II : Pnt. Lim Arif Alfian Nour (GKI Darmo Satelit)
Anggota :
- Pnt. Andrew Kosasih (GKI Sulung)
- Pnt. Christin Rumiati (GKI Krian)
- Pnt. Dika Kristin Natalia (GKI Jombang)
- Pdt. Ezra Rinaldi (GKI Pregolan Bunder)
- Pnt. Fajar Laksana Hadi (GKI Sepanjang)
- Pnt. Fo Era Era Gea (GKI Gresik)
- Pnt. Liem Hendra Sofian L (GKI Kediri)
- Pnt. Okstan Klaendesang (GKI Wiyung Royal Residence)
- Pnt. Priyo Anggodo (GKI Tuban)
- Pnt. Rachel Tutut Subianti (GKI Gurah)
- Pdt. Samuel Ismayanto (GKI Citraland)
- Pdt. Yohanes Putra Pratama (GKI Emaus)
Ketua I : Pdt. Yoses Rezon Suwignyo
Ketua II : Pnt. Eko Boedi Takarijanto
Sekretaris I : Pnt. Satrio Hadimursiono Habibie
Sekretaris II : Pdt. Lydia Laurina Lissana Pristy
Bendahara I : Pnt. Ronny Iswadi
Bendahara II : Pnt. Handrijono Tjandra
Anggota :
- Pnt. Lilik Yulianingsih
- Pnt. Jefta Stephanus R.
- Pnt. Hari Junanto Slamet
- Pnt. Budi Harjanto
- Pdt. Boy Simon Buster
- Pnt. Djati Kusumo
- Pdt. Dwi Santoso
- Pdt. Andreas Catur Wismantono
Persidangan LXVII Majelis Sinode Wilayah GKI Sinode Wilayah Jawa Timur diselenggarakan pada 26-28 September 2017 di GKI Gresik.
Dalam persidangan ini Majelis Sinode Wilayah bersama-sama menggumulkan tema “Menjadi Gereja Yang Ramah dan Menghadirkan Damai Sejahtera.” Melalui tema ini Majelis Sinode Wilayah berharap agar GKI Sinode Wilayah Jawa Timur menjadi pembawa keramahan dan damai sejahtera dengan cara menjalani spiritualitas yang hidup, relasi yang hangat, kepedulian sosial dan ekologi, serta penatalayanan yang baik. Agar harapan yang terkandung dalam rumusan visi dan misi ini dapat terwujud, maka untuk selanjutnya dibutuhkan perencanaan strategis dan aksi yang terukur.
Dalam pergumulan inilah maka kami menyampaikan beberapa rumusan penting yang menjadi pesan Persidangan LXIII Majelis Sinode Wilayah GKI Sinode Wilayah Jawa Timur, agar mendapat perhatian dan dukungan seluruh anggota jemaat dan simpatisan GKI Sinode Wilayah Jawa Timur.
Pdt Robert Setio membantu Majelis Sinode Wilayah memeriksa kembali tema persidangan melalui sesi ceramah. Ada gagasan-gagasan yang segar sekaligus dalam dan luas, yang perlu diwujudnyatakan melalui aksi konkrit.
Melalui persidangan ini, Majelis Sinode Wilayah mengenal sebuah “tafsiran baru” yaitu peran gereja sebagai “makelar” atau perantara keramahan dan damai sejahtera. Untuk mencapai visi ini, gereja perlu memahami lingkungan, tata kelola masyarakat, maupun demografi jemaat. Spiritualitas yang hidup di dalam pengalaman bersama Allah menjadi sangat penting di sini. Gereja perlu mewujudkan teologi penciptaan dalam konteks saat ini, demi menata masa depan yang lebih baik. Gereja dipanggil untuk lebih peduli pada keberagaman, keadilan, pendidikan, kesehatan dan lingkungan hidup. Untuk mencapai tujuan ini, umat perlu memiliki pemahaman yang sama tentang visi dan misi, adanya tonggak-tonggak capaian yang memudahkan monitoring dan evaluasi atas visi dan misi, serta sistem penatalayanan yang kredibel, transparan, dan akuntabel.
Majelis Sinode Wilayah menyadari kehadiran gereja yang tak dapat dipisahkan dari konteks sosial, politik, dan konteks ekologi. Dalam perjumpaan dengan konteks ini, identitas eklesiologi diperhadapkan dengan berbagai situasi yang sangat khusus. Perubahan demografi masyarakat, isu-isu yang terkait dengan ekologi, bahkan juga pergeseran situasi sosial budaya masyarakat, memanggil kita untuk terus menerus melakukan proses aktualisasi dalam dialog bersama konteks gereja.
Beberapa aksi nyata yang telah kita wujudkan bersama dalam koordinasi tugas BPMSW masa pelayanan 2013-2017 di antaranya pendirian Yayasan Griya Kusuma Indah, serta proses meningkatkan status dan ijin Klinik Utama Waluyo Jati menuju Rumah Sakit GKI.
Dalam tiga tahun terakhir ini GKI Sinode Wilayah Jawa Timur juga berupaya melakukan aksi nyata di bidang ekologi dengan upaya penanaman 40.000 pohon di area seluas 30 hektar milik Perhutani, yang dikelola petani di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Brantas. Upaya ini dilakukan agar daerah aliran sungai Brantas yang telah menghidupi 26 % wilayah Jawa Timur, yang juga merupakan sentra pangan dan listrik, dan melingkupi 15 kabupaten dan kota, dapat kembali berfungsi secara normal.
Konteks lain yang juga tidak dapat dilupakan adalah semakin besarnya peran digitalisasi dalam kehidupan manusia masa kini, bagaimana kita dapat menggumulkan panggilan kita menjadi gereja yang bersahabat di tengah generasi digital. Menjawab pergumulan ini, GKI Sinode Wilayah Jawa Timur telah mengerjakan karya yang diwujudkan oleh Departemen Informasi GKI, melalui web khusus www.gkiswjatim.org maupun melalui www.ignitegki.com, yang bertujuan untuk menginspirasi serta mendorong setiap orang terutama generasi muda melalui karya-karya kreatif.
Kita patut bersyukur atas pertolongan Tuhan yang telah memampukan kita merumuskan pengakuan iman dalam wujud Konfesi GKI 2014, yang merupakan penegasan iman yang kontekstual dan formal di hadapan Allah dan dunia. Melalui Konfesi GKI ini, kita diingatkan akan keberadaan dan penghayatan iman sekaligus panggilan kita di Indonesia.
Konfesi GKI 2014 ini membawa kita pada sebuah tugas untuk memeriksa kembali Tata Gereja yang kita miliki selama ini di dalam terang penghayatan iman yang semakin aktual dan konkrit. Itulah sebabnya pada persidangan ini, Majelis Sinode Wilayah mempercakapkan Konsep Amandemen Mukadimah dan Tata Dasar GKI, setelah melalui percakapan di persidangan-persidangan Majelis Jemaat dan Majelis Klasis, untuk kemudian akan dibawa dalam percakapan lebih luas dalam Persidangan Majelis Sinode GKI.
Mengamati kehidupan bersama jemaat sepanjang kurun waktu dua tahun terakhir ini, tampak terjadi peningkatan jumlah anggota jemaat dan pengunjung kebaktian di jemaat-jemaat GKI Sinode Wilayah Jawa Timur. Peningkatan jumlah anggota dan pengunjung kebaktian ini perlu diikuti dengan upaya bersengaja untuk menyapa dan merangkul serta membangun setiap anggota jemaat dan simpatisan, agar menjadi pembawa keramahan dan damai sejahtera.
Regenerasi dan penguatan kepemimpinan perlu dilakukan terus-menerus secara bersengaja, mulai dari lingkup jemaat, klasis, sinode wilayah hingga sinode. Ada banyak hal yang patut menjadi perhatian, agar karya GKI di setiap lingkup dapat benar-benar terjadi secara nyata, sinambung dan sinergis.
Syukur kepada Tuhan yang telah memberikan pertolongan kepada Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah (BPMSW) GKI Sinode Wilayah Jawa Timur masa pelayanan 2013-2017, sehingga telah menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya. Dalam persidangan ini pula, Majelis Sinode Wilayah telah berhasil menetapkan Susunan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah (BPMSW) GKI Sinode Wilayah Jawa Timur masa pelayanan 2017-2021.
Kita juga patut mengucap syukur atas hadirnya para pendeta yang telah melewati Pendidikan Persiapan Kependetaan, sehingga siap memasuki Tahap Perkenalan dan Tahap Orientasi, serta dinyatakan layak melalui percakapan gerejawi dalam persidangan-persidangan Majelis Klasis, untuk kemudian dapat ditahbiskan sebagai pendeta GKI, dengan basis pelayanan di jemaat masing-masing. Hal ini tentu berdampak positif bagi kepemimpinan dalam lingkup jemaat, klasis, sinode wilayah dan sinode.
Majelis Sinode Wilayah memandang bahwa pendeta telah menyerahkan seluruh hidupnya bagi gereja-Nya, oleh karena itu keberlangsungan kehidupan pendeta hingga menutup usia, sepatutnya menjadi perhatian dan tanggungjawab kita semua. Percakapan mengenai kepesertaan pendeta dalam Dana Pensiun GKI perlu diselaraskan dengan upaya memberikan perhatian terhadap kinerja Dana Pensiun GKI.
Demikianlah pesan persidangan LXVII Majelis Sinode Wilayah GKI Sinode Wilayah Jawa Timur. Kiranya Tuhan memberkati karya layanan kita bersama.
Gresik, 28 September 2017
Tim perumus
Gereja Yang Bersahabat
Ada banyak pendapat, khususnya umat Tuhan di kalangan Jemaat Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur, bahwa peristiwa pertobatan pemuda Petrus Oei Soei Tiong dipandang sebagai tonggak penting dalam rangkaian derap sejarah GKI Jatim. Sosok pemuda tersebut juga disebut-sebut sebagai “cikal bakal” dari GKI Jatim, walaupun dia bukanlah orang Tionghoa pertama-tama yang menjadi Kristen.
Sesungguhnya, sudah jauh sebelumnya Tuhan Yesus dengan tekun berulang kali singgah dan berdiri di depan pintu sambil mengetuk (Wahyu 3:20) Roh Kudus senantiasa berembus mempersiapkan waktu yang tepat bagi penyemaian, penumbuhan, penyebaran serta pengembangan firman Tuhan di wilayah Jawa Timur, (khususnya untuk orang-orang Tionghoa).
Sesungguhnya, Tokoh Oei soei Tiong tidaklah sendirian, karena jauh beberapa tahun sebelumnya sejarah menceritakan pada tahun 1826, Medhurst[1] telah memberitakan Injil di Surabaya, dalam rangka perjalanan penginjilannya. Meskipun masa perjalanannya itu dipandang terlalu pendek untuk dapat menghasilkan buah yang nyata, namun tidak mustahil, kalau karya penginjilannya menghasilkan jiwa-jiwa baru khususnya di kalangan orang-orang Tionghoa.
Lima tahun kemudian, 1837, Mary Aldersey, sosok penginjil wanita dari Inggris yang melakukan penginjilan di Surabaya dan tinggal di rumah Bapak Emde[2], mengumpulkan orang-orang Tionghoa yang telah menerima Injil. Sehingga pada waktu itu sudah terbentuk sekelompok orang Kristen Tionghoa di kota Surabaya.
47 tahun kemudian tepatnya tahun 1884, sebagaimana tercatat dalam “Riwayat Gereja Gereformeerd Surabaya”, tertulis pada waktu itu ada 75 orang telah melakukan kebaktian di tiga tempat, dengan menggunakan bahasa Belanda, Melayu dan Jawa. Pengunjung kebaktian kebaktian itu terdiri dari orang Belanda, Jawa dan Tionghoa.
Baru sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1894 terjadilah peristiwa Allah memperkenalkan InjilNya kepada Pemuda Oei Soei Tiong di Sidoarjo (baca selengkapnya di “mengenang kembali tokoh Oei Soei Tiong “)
Sejarah juga mencatat, di Bondowoso, pengenalan Injil di lingkungan orang Madura dan Tionghoa, telah dilakukan oleh “Panitia Jawa” mulai tahun 1880 dan salah satu sendelingnya adalah H. van der Spiegel, yang memulai penginjilannya dengan membuka sekolah di kawasan tempat tinggal orang-orang Tionghoa. Setelah mendirikan gedung Gereja, rumah pendeta, Sekolah dan rumah sakit sederhana di tengah kota, maka kegiatan penginjilannya di pindahkan. Salah satu murid dari sekolah tersebut adalah Tjan Kian Pa (Tjanda Kian Pangestu) (baca: sejarah GKI Bondowoso & GKI Banyuwangi)
Sekitar tahun 1891, Sendeling J. Kreemer mulai menjalankan pekabaran Injil di lingkungan orang-orang Tionghoa di Kendal Payak serta wilayah Malang dan sekitarnya[3]. Disebutkan pada tahun 1897, ada 125 orang-orang Tionghoa yang telah dibaptis dan menjadi anggota jemaat Kendal-Payak[4]
Peranan orang Tionghoa jemaat Kendal Payak, yang banyak tinggal di Malang, sangat penting dalam sejarah Gereja di Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang kenyataan, mengapa Oei Soei Tiong dan kawan-kawannya dari Sidoarjo meminta pelayanan baptisannya di Kendal Payak. Betapa mereka harus menempuh perjalanan yang cukup jauh antara Sidoarjo - Kendal Payak (sekitar 60 Km), karena boleh jadi, mereka telah mendengar bahwa di jemaat itu telah terkumpul banyak orang-orang Kristen asal Tionghoa.
Dalam 3 dasa warsa pertama abad 20, persemaian Jemaat Tuhan itu terjadi di kawasan Jawa timur, antara lain di kota-kota Sidoarjo, Surabaya, Bangil, Malang, Mojosari-Mojokerto, Bondowoso dan beberapa tempat lainnya. Hanya saja, saat itu masing-masing tumbuh secara sendiri-sendiri, tanpa suatu koordinasi tertentu.
LAHIRNYA “GEREJA” THKTKH (26 Juni 1932)
Awal tahun 1930, seorang pendeta Oost Java Zending dari Gereformeerd Kerken in Hersteld Verband (Belanda) bernama Ds H.A.C Hildering diutus ke Jawa Timur, untuk melayani orang-orang Kristen Tionghoa.[5]
Sebelumnya beliau mempersiapkan diri beberapa waktu lamanya tinggal di Amoy, Tiongkok. Baru pada awal tahun 1932, Ds H.A.C Hildering datang ke Surabaya. Masa pelayanannya tercatat selama 20 tahun lebih, yang merupakan masa terkuaknya “suatu babakan baru” bagi kelahiran Gereja di Jawa Timur.
Dari laporan berkalanya kepada lembaga yang mengutusnya, Ds H.A.C Hildering, menulis bahwa, diluar Surabaya ditemukan 4 kelompok orang Kristen Tionghoa. Keempat kelompok itu terdapat di Bangil, Mojokerto, Mojosari dan Malang. Mereka membentuk satu “ikatan”(Bond), Kristen Tionghoa yang dikenal dengan nama Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH), bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah “Gereja Kristen Tionghoa”, yang mana sebutan nama itu, adalah sama dengan “The Church of Christ” di Tiongkok. Ketua Bond (ikatan) adalah bapak Petrus Oei Soei Tiong, dan penulis adalah bapak G.I. Mattheus Jr. dan penginjil dari kelompok Malang.
Pengambilan nama THKTKH tersebut hanya mengadopsi dari Tiongkok, tanpa menghayati makna “gerejawi”nya. Karena selama ini makna ikatan tersebut masih terbatas hanya pada forum persidangan yang disebut “Konperensi Kristen Tionghoa”. Ds H.A.C Hildering memberikan penjelasan tentang makna gerejawi yang terkandung dalam sebutan Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee. Berdasarkan penjelasan-penjelasan itu, maka pada perkembangan selanjutnya, mereka mengadakan perubahan untuk meningkatkan statusnya menjadi ikatan yang benar-benar gerejawi.
Perubahan mana nampak dalam keputusan Konperensi Kristen Tionghoa pada tanggal 26 Juni 1932, yang memutuskan mengubah nama “perkumpulan” menjadi “Gereja”. Gereja yang baru tersebut terdiri dari kelompok Bangil, Mojokerto, Mojosari dan Malang.
Untuk merealisasikan keputusan diatas, maka pada 31 Juli 1932, di Gereja Kristen Jawa Timur, Talun Malang, Ds H.A.C Hildering meneguhkan empat tua-tua: dua dari Malang atas nama Herbert G. Low dan Ny Elizabeth Tjikra dan dua dari Mojosari, masing-masing Lie Liong Biauw dan Sie Ing Swie, waktu itu untuk Bangil belum ada yang dapat diangkat menjadi Tua-tua.
Peristiwa Talun, 31 Juli 1932, dilanjutkan dengan rapat Majelis yang pertama. Dalam rapat tersebut diputuskan dan ditetapkan susunan kemajelisan sebagai berikut, Penasihat adalah Ds H.A.C Hildering dan DS J.Pik, Ketua adalah Guru Injil Oei Soei Tiong, Penulis adalah GI Mattheus Jr, dan bendahara adalah Tua-tua dari Mojosari.
Ds H.A.C Hildering, di salah satu konperensi sendeling di Jawa Timur pada bulan Mei 1933 mengusulkan agar G.I. Oei Soei Tiong ditahbiskan menjadi Pendeta, sebagai penghargaan atas jerih payahnya selama ini serta pertimbangan kemampuan pelayanannya. Mengingat usianya yang sudah mencapai 50 tahun, sehingga tidak mungkin baginya mengenyam pendidikan Theologia secara formal. Usulan tersebut mendapat persetujuan dari peserta konperensi. Satu tahun kemudian, tanggal 30 Juli 1933, G.I. Oei Soei Tiong ditahbiskan dalam jabatan pendeta bertempat di Geredja Kristen Djawi Wetan, (GKDW) Malang, disaksikan oleh segenap anggota jemaat dan para Pendeta setempat.
Perkembangan selanjutnya, pada Agustus 1933 Sdr. Khoe Soen Thay diteguhkan sebagai tua-tua di Jatiroto. Menyusul pada November 1933, Sdr. Y. Ong Thwan Hok diteguhkan sebagai Guru Injil. Peneguhannya terjadi atas usulan Pdt. Oei Soei Tiong dalam rapat Majelis tanggal 21 September 1933 yang disepakati oleh kelompok Jatiroto, Bondowoso dan konperensi Sendeling Jawa Timur. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan, maka sdr Tjan Kian Pa (Tjanda Kian Pangestu), ditetapkan sebagai Voorganger (Penganjur / Penghulu), meskipun tanpa peneguhan resmi.
Perjalanan Gereja menjelang akhir 1933, kembali ditandai peristiwa penting, yaitu pada September, dalam suatu rapat Majelis Gereja telah diputuskannya, bahwa ke empat kelompok Jemaah Kristen Tionghoa yang merupakan yang “satu Gereja” dan “satu Majelis”, diubah menjadi tiga gereja setempat yang dipersatukan selaku Klasis, atau “Majelis Gereja Besar”. Adapun ketiga gereja setempat itu masing-masing adalah Malang, Bangil (termasuk Surabaya, Mojokerto, Mojosari, Probolinggo, Krasakan) dan Jatiroto (sampai daerah Besuki). Alasan pembagian tersebut adalah, di Bangil ada Pdt Oei Soei Tiong, di Malang ada G.I. Mattheus Jr, dan di Jatiroto ada G.I Ong Thwan Hok. Diharapkan pada awal tahun 1934, Majelis Gereja Besar itu sudah bisa bersidang untuk pertama kalinya. (baca juga di Sejarah GKI Mojokerto)
PERTEMUAN 22 Februari 1934
Dua hamba Tuhan Ds. H.A.C Hildering dan Pdt. Oei Soei Tiong, melalui setiap kesempatan yang ada selalu mengungkapkan, betapa pentingnya hubungan kesatuan Gereja-gereja Tionghoa di Jawa Timur. Karena hal itu sangat diperlukan sebagai bentuk ikatan gerejawi yang mantap dan bersengaja, juga berfungsi sebagai wadah untuk membahas serta menanggulangi segenap persoalan secara bersama sama.
Guna mempersiapkan pertemuan 22 Februari 1934, tersebut, secara bersengaja Ds H.A.C Hildering sendiri menyempatkan pergi ke Jakarta, untuk bertemu dengan pengurus Gereja Protestan dan memberikan penjelasan secara resmi perihal betapa pentingnya arti pertemuan yang akan diselenggarakan pada 22 Februari 1934 tersebut.
Bahkan secara khusus, dalam Konperensi para Sendeling yang bekerja di Jawa Timur, pada tanggal 10-17 Februari 1934, Ds H.A.C Hildering, menyampaikan penjelasan perihal perkembangan pelayanannya di lingkup jemaat jemaat Jawa Timur, Khususnya rencana pertemuan 22 Februari tersebut
Pertemuan tanggal 22 Februari 1934 dicanangkan secara khusus, karena pertemuan ini memliliki keistimewaan tersendiri.
Pertemuan 22 Februari 1934 akan mencakup lingkup geografis lebih luas, yakni meliputi hampir segenap kawasan Jawa Timur.
Disamping itu, bila pertemuan 31 Juli 1932 lebih didekati dari sudut pandang “Gereja Regionalis” maka, pertemuan 22 Februari 1934 memberikan cerminan “ Gereja Universalis”.
Apa yang dicetuskan dan kemudian diputuskan pada 22 Februari 1934 itu lalu dituangkan dalam “Soerat Antjasan” yang ditulis dalam ejaan Indonesia “kuno” yang meliputi 2 aspek
Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee, Yangmenjadi perhimpunan bangsa Tiong Hwa Kristen Jawa Timur, dan berasaskan Gereja Protestan Harus mempunyai gereja sendiri serta mempunyai persekutuan dalam satu haluan (tujuan) yang saling membantu satu sama lain, yang kuat membantu yang lemah, karena hal itu merupakan kekristenan sejati, serta guna meneguhkan hidup kerohanian.
Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee harus mampu mandiri, baik dibidang daya maupun dana. Hal tersebut tidak perlu lagi bantuan dari pihak lain, Ibarat seorang anak yang mulai mandiri, namun tetap tidak melupakan Jasa Orang tua, khususnya guna untuk meminta nasihat, pengarahan demi kebaikan dan pengembangan. (Yang diartikan “orang tua” disini adalah Badan Pekabaran Injil Belanda)
Maka pada Tanggal 22 Februari 1934 tersebut diputuskan secara resmi berdirinya “THKTKH Klasis Jawa Timur” dengan Majelis besar atau Tay Hwee dari ketujuh Gereja setempat, Yaitu : Bangil, Probolinggo, Mojokerto, Mojosari, Malang, Bondowoso, dan Jatiroto.
Pengurus Hariannya terdiri dari:
Penasihat : Ds. H.A.C Hildering & J.Pik
Ketua : Pdt. Oei Soei Tiong
Sekretaris : Sdr. Liem Liang Kiem
Bendahara : Sdr. Lie Jeng Kiet
Majelis Besar (Tay Hwee) ini, bersidang setahun sekali, dengan agenda membahas laporan tahunan dan memilih Pengurus Baru.
Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa, besar kemungkinannya, bahwa Oei Soei Tiong, memang bukanlah orang Tionghoa Kristen yang pertama, Namun dari fakta historis terbukti bahwa tokoh Oei Soei Tiong, merupakan “Cikal Bakal” keberadaan GKI Jawa Timur.
Peristiwa 22 Februari 1934, setidaknya telah mendorong keinginan Jemaat Tionghoa (Totok) di Surabaya dan Malang untuk bergabung dengan THKTKH Khoe Hwee Jatim.
Penggabungan Jemaat tersebut disahkan pada persidangan Gerejawi ke-2 tanggal 9 Agustus 1934 di Bangil.
Hasrat jemaat-jemaat lain untuk bergabung dengan THKTKH Khoe Hwee Jatim semakin meluas seperti Blitar, Lumajang, bahkan hingga Sumenep dan Pamekasan.
Perkembangan antara 1937 – 1939
Wilayah Kejemaatan meliputi :
Wilayah Bangil ( termasuk Besuki, Jatiroto, Krasakan, Lumajang, Porong, Krian, Gudo, Babad, Madiun, Ponorogo, Ngawi dan Sarangan), wilayah Bondowoso, Malang, Mojokerto, Mojosari, Surabaya (Sambongan), termasuk yang berbahasa Kanton dan wilayah Surabaya (Johar) sedangkan wilayah Blitar , perkembangan lebih lanjut makin menjurus ke aliran Gereja Baptis, sehingga tidak lagi bergabung dengan THKTKH Khoe Hwee Jatim.
Perkembangan tahun 1949-1954
Dampak penyerahan kedaulatan Dari pemerintah Hindia Belanda kepada Pemerintah RI berpengaruh pada perkembangan Gereja Tuhan, demikian halnya dengan THKTKH Khoe Hwee Jatim. Berdasarkan kesadaran sosial Budaya anggotanya sebagai Warga Negara RI, Jemaat THKTKH Khoe Hwee Jatim yang berbahasa Indonesia/Melayu (peranakan) lebih merasa dibangkitkan rasa ke”Nasionalan”nya, sehingga ada kecenderungan ingin memisahkan diri dari kalangan totok, yang masih tebal rasa ke”Tionghoaan”-nya.
Perkembangan tahun 1954
Pada Akhirnya, tahun 1954, secara de Facto, terjadilah pemisahan di antara keduanya, yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu THKTKH Khoe Hwee Jatim seksi bahasa Indonesia dan THKTKH (sekarang GKI) Khoe Hwee seksi Bahasa Tionghoa.
Tanggal 17 April 1956
Kenyataan adanya “dua Gereja” yang masing-masing telah berdiri sendiri berlangsung sekitar dua tahun.
Keterpisahan dua gereja tersebut lalu dikukuhkan secara “de Jure” pada tanggal 17 April 1956. Keputusan formal gerejawi tersebut terjadi pada rapat terakhir THKTKH Khoe Hwee Jatim Surabaya.
Ketika terjadi pemisahan tersebut anggota Jemaat THKTKH Khoe Hwee yang berbahasa Indonesia berjumlah sekitar 2000 Umat, yang tersebar di kota-kota Surabaya, Malang, Mojokerto, Madiun dan Bondowoso
Pada tahun 1958, THKTKH Khoe Hwee Jatim berbahasa Indonesia, mengganti nama menjadi “GKI Jawa Timur”.
PENETAPAN HUT GKI JAWA TIMUR
Pada akhirnya, Persidangan Sinode GKI Jatim XXXVII tahun 1983 telah memutuskan, menetapkan Hari Jadi GKI Jatim jatuh pada tanggal 22 Pebruari 1934 (Akta Persidangan Terbuka Sinode GKI Jatim XXXVII, pasal 66 ayat 2)
[1] Penginjil Inggris, khusus kalangan Tionghoa di jatim (termasuk juga Mary Aldersey, 1837), A.de Jong hasil studi dan penelitian,
[2] Salah satu penginjil di kalangan gereja jawa di Jatim
[3] CW Nortier, Tumbuh dewasa
[4] Desa kecil 7 km selatan Malang
[5] A.de Jong, hasil studi dan penelitian
Dikutip dari buku "77 Tahun GKI SINODE WILAYAH JAWA TIMUR"
GKI dikenal sebagai gereja yang terbuka di Indonesia. Kepanjangan singkatan GKI adalah GEREJA KRISTEN INDONESIA, bukan GEREJA KRISTEN di INDONESIA sesungguhnya menyatakan bahwa Gereja Tuhan yang satu ini adalah Gereja yang bertumbuh dan berakar di bumi Indonesia. GKI tidak bisa dipisahkan dari sejarah Indonesia.
Bermula dari Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) yang kemudian di tahun 1958 dalam persidangan Sinode Wilayah VII di Bondowoso diubah menjadi GKI Jatim. Dalam perjalanan sejarahnya, kepemimpinan gerejawi GKI di Jawa Timur, dengan sebutan
Periode Kepemimpinan/ Masa Pelayanan
Periode/ Masa pelayanan pada awalnya satu (1) tahun, dengan variasi kadang-kadang dua (2) tahun. Sejak tahun 1995, periode/ masa pelayanan empat (4) tahun.
Susunan secara umum terdiri dari Ketua (dan Wakil Ketua), Penulis-penulis, Bendahara; dan anggota pada periode tertentu. Dengan periode khusus:
Persidangan
Persidangan dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam pekembangan menjadi sekali dalam dua tahun. Khusus pada tahun 1942 – 1947, Pendudukan Jepang dan Revolusi tak ada persidangan Sinode.
Ketua Umum Moderamen/ Badan Pekerja Majelis Sinode/ Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah
Sepanjang sejarah kepemimpinan Moderamen Sinode GKI Jatim, BPMS GKI Jatim maupun BPMSW GKI Sinode Wilayah Jawa Timur , baru pada masa pelayanan 2009 – 2013, dalam persidangan Majelis Sinode Wilayah GKI Sinode Wilayah Jawa Timur tahun 2009 di Kediri, terpilihlah personalia BPMSW dengan Ketua Umum seorang perempuan dalam diri Pdt. Sri Agus Patnaningsih.
Pembentukan Klasis-klasis
Pada tahun 1990 dalam Persidangan ke-50 GKI Sinode Wilayah Jawa Timur di GKI Bondowoso, dibentuklah 3 klasis. Selanjutnya masing-masing pada tahun 1991 menyelenggarakan Persidangan Majelis Klasis pertama. Selanjutnya persidangan Majelis Klasis berlangsung sekurang-kurangnya sekali dalam satu (1) tahun. Klasis dipimpin oleh Badan Pekerja Majelis Klasis (BPMK).
Penetapan pengelompokan keanggotaan dalam tiga (3) klasis dengan pertimbangan wilayah:
Timur : Klasis Banyuwangi
Utara : Klasis Bojonegoro
Selatan : Klasis Madiun
Dikutip dari buku "77 Tahun GKI Sinode Wilayah Jawa Timur"
Dewan Pembina :
Ketua : Pdt. Setyahadi (GKI Kutisari Indah)
Sekretaris : Pnt. Irwan Kristanto (GKI Jemursari)
Anggota :
Pdt. Samuel Dian Pramana (GKI Mojokerto)
Pnt. Andy Surjawitaka (GKI Merisi Indah)
Pnt. Stevanus Nathanael (GKI Emaus)
Dewan Pengurus :
Ketua : Pnt. Jan Limena (GKI Darmo Permai)
Wakil Ketua : Bp. Hadi Widjaja (GKI Pregolan Bunder)
Penulis 1 : Pnt. Inggrid Djojoseputro (GKI Diponegoro)
Penulis 2 : Ibu Greta Wakarie (GKI Darmo Satelit)
Bendahara 1 : Ibu Nini Anggraini (GKI Pondok Tjandra Indah)
Bendahara 2 : Pnt. Kukuh Satriyo (GKI Sidoarjo)
Anggota :
Pnt. Andi Samalo (GKI Diponegoro)
Pnt. Eka Wibisono (GKI Emaus)
Ibu Pinilih Nugrahani (GKI Mojokerto)
Dewan Pengawas :
Ketua : Pnt. Eko Pudjolaksono (GKI Pondok Tjandra Indah)
Anggota :
Pnt. Kuswijanti Kawarno (GKI Ngagel)
Pnt. Tjipto Wijono (GKI Ngagel)
Majelis Pendamping : Pdt. Kuswanto
Ketua : Pdt. Samuel Ismayanto
Wakil Ketua : Pdt. Petrus Bimo S.C Pamungkas
Sekretaris : Sdri. Anneke Prana Puspasari
Bendahara : Ibu Tri Juni Kusumastuti
Jejaring Pembinaan Penatua 3 Klasis :
Pnt. Kris Dharmasagara
Sdri. Stephanie Leo
Komunitas :
Sdr. Maverick Timotius
Sdr. Jerry Young
Anggota :
Pnt. Irwan Tanuadji
Pdt. William Suryajaya Rivai
SUSUNAN PANITIA PEMBANGUNAN RS. GKI
Majelis Pendamping :
Pnt. Andy Wongso (BPMSW GKI SW Jatim)
Ketua umum : Pdt. Timotius Wibowo (GKI Ressud)
Ketua I :Pdt. Nathanael Channing (GKI Sulung)
Ketua II : Dr. Bimo Sasono (GKI Ressud)
Sekretaris I : Ibu Indrianti Tanamas (GKI PTI)
Sekretaris II : Pdt. Sutrisno (BPMSW GKI SW Jatim)
Bendahara I : Bpk. Lim Arif Alfian Nour (GKI Dasa)
Bendahara II : Bpk. Hanny Wurangian (GKI Ressud)
Hukum dan Perijinan :Ibu Inggriati Djojoseputro, Dra. Ec, SH (GKI Diponegoro)
Pembelian lahan : Bpk. David Lyanto (GKI Ressud)
Arsitek : Bpk. Ir. Andi Samalo (GKI Diponegoro)
Pembangunan Gedung RS :
Bpk. Ir. Yanuar Buntoro (GKI Diponegoro)
Bpk. Ir. Indra (GKI Ressud)
Bpk. Ir. Sungkono Kristanto (GKI Sulung)
Bpk. Ir. Harianto Tedjokoesoemo (GKI Sulung)
Mechanical & Electrical :
Bpk. Ir. Simon Soerjono (GKI Gayungsari)
Bpk. Ir. Djunaidi Limantoro (GKI Damai)
Pembangunan Sistem RS :
Dr. Roy Ibrahim (GKI Ressud)
Dr. Tjipto Wijono (GKI Ngagel)
Penggalian Dana :
Bpk. Jan Limena (GKI Damai)
Ibu Indahwati Yoewono (GKI Dasa)
Ibu Sianny Listijo (GKI Dasa)
Bpk. Henry Setiawan (GKI Dipo)
Bpk. Eka Harianto Wibisono (GKI Emaus)
Ibu Imawati Odang (GKI Ngagel)
Bpk. Hadi Wijaya (GKI Pregbun)
Bpk. Simon Lekatompessy (GKI Sulung)
Bpk. Indra Goenadibrata (GPO Singapore)
Bpk. Alexander Prayogo (GKI Citraland)
Bpk. Jafet Karundeng (GKI Citraland)
Ibu Silviana Mariawati Darwinto (GKI Gayungsari)
Bpk. Andy Soerjawitaka (GKI Merisi)
Bpk. Harianto Widjaja (GKI Merisi)
Ibu Ailine Wiranata (GKI Rasti)
Bpk. Tony Winarko (GKI Manyar)
Bpk. Toni Soedjiono (GKI Kutisari)
DEWAN PENGURUS YPK WALUYOJATI
Pembina :
Ketua : Dr. Bimo Sasono (GKI Ressud)
Sekretaris : Dr. Ayu K., (GKI Ressud)
Bendahara : Bpk. Hanny Wurangian (GKI Ressud)
Anggota :
Pdt. Martin K. Nugroho
Pdt. Sutrisno (GKI SW Jatim)
Dr. Hartono Tanto
Pengawas :
Bpk. David Lyanto (GKI Ressud)
Bpk. Arvin (GKI Ressud)
Bpk. Indrijo Laksmana (GKI Ressud)
Pengurus :
Ketua : Dr. Roy Ibrahim (GKI Ressud)
Sekretaris : Dr. Sakanthi (GKI Ressud)
Bendahara : Bpk. Eddy Winoto (GKI Ressud)
Anggota :
dr. Tjipto Wijono (GKI Ngagel)
dr. Andre Gunawan (GKI Ressud)
Bpk Hendra Tanoewijaya (GKI Ressud)
Majelis Pendamping : Pdt. Florida Rambu Bangi dan Pdt. Kristianto Basuki
Ketua : Pdt. Didik Tridjatmiko
Wk Ketua : Pdt. Michael Wijaya
Sekretaris : Pdt. Wahyudi Lewier
Bendahara : -
Divisi 1 (Rekrutmen dan Seleksi Calon Kader, Pendampingan dan Pembinaan Mahasiswa Teologi)
Pdt. Ezra Rinaldi
Pdt. Maureen Christine
Pdt. Virgo Tri Septo Anggoro
Pdt. Timotius Wibowo
Divisi 2 (Pendampingan, Pembinaan, dan Pengembangan Calon Pendeta, Pendeta, serta TPG)
Pdt. Fransiscus Oktavianus Turino
Pdt. Mario Gunawan
Pastor Pastorum :
Pdt. Samuel Christiono
Pdt. Setyahadi
Pdt. Em. Samuel Tjahjadi
Mentor : (SAAT & ITA)
Pdt Kuswanto
Pdt Imanuel Gunawan Prasidi
Pdt. Em. Ruth Retno Nuswantari
Pdt. Dwi Santoso
Pdt. Wahyudi Lewier
Majelis Pendamping : Pnt. Inggriati Djojoseputro
Ketua : Bp. Kristian Ferry Arwanto
Sekretaris : Sdri. Elizabeth Alim
Bendahara : Ibu Yunita Maria
Anggota :
Pnt. Cathalia K. Gunawan
Bp. David Susanto
Ibu Ari Maharani Pratama
Majelis Pendamping : Pnt. Lady Christanty Rekadhayu
Ketua : Ibu Dina Juristiati
Sekretaris : Pnt. Duhita Laksmi Wijayanti
Bendahara : Ibu Magdalena Bening Indriati
Anggota :
Ibu Silviana Mariawati Darwinto
Pnt. Michael Alexander
Majelis Pendamping : Pnt. Arthur Rinold Joseph dan Pnt. Julika Christina
Ketua : Bp. Dendy Rossa Triyantara
Sekretaris : Pnt. Wahyudi Lumakso
Bendahara : Ibu Tineke Wehartaty
Tim Pengembangan Sekolah dan Kurikulum :
Ibu Diyah Tulipa
Ibu Lies Veronica
Bpk Indra Prasetyo
Majelis Pendamping : Pnt. Andy Wongso Gunawan
Ketua : Pnt. Titus Setyawitjaksana
Sekretaris : Bpk. Budhi Nugroho
Anggota :
Bpk. Andi Samalo
Pnt. Yanuar Buntoro
Majelis Pendamping : Pdt. Martin K. Nugroho
Ketua : Pdt. Lydia Laurina Lissana Pristy
Sekretaris : Pnt. Putra Wibawa
Bendahara : Bpk Ronald Louhenapessy
Anggota :
Pnt. Arthur Alexander
Pnt. KimHam Pentakosta
Majelis Pendamping : Pdt. Andri Purnawan
Penasihat : Pdt. Simon Filantropha
Ketua : Pdt. Firmanda Tri Permana
Sekretaris : Ibu Cornelia Cussoy
Bendahara : Bp. Soesatyo Joko Nugroho
Anggota :
Sdri. Ling Rina
Sdri. Elia Tri Astuti
Pnt. Timoutius Handoko
Ibu Mathilda Christina Paliama
Pdt. Natanael Sigit Wirastanto
Pnt. Rohan Orsepuny
Majelis Pendamping : Pdt Leonard Andrew Immanuel
Ketua : Pdt. Aditya Christo Saputro
Sekretaris : Pdt Theodorus Willem Noya
Anggota :
Pdt. Deddy Gunawan Satyaputra
Pdt. Aditya Christo Saputra
Jl. Taman Bendul Merisi Selatan 16, Surabaya 60239
Phone: (031) 8481674
Fax: (031) 8481674
Email : bpmkls_madiun@yahoo.co.id
Jl. Barito 91, Madiun
Telp. (0351) 492279
Email. gkimadiun@yahoo.co.id
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 06:00
Kebaktian II. 9:00
Kebaktian P/R. 17:00
Pos Jemaat
Caruban
Kebaktian 17.00
Pendeta
Pdt. Triatmoko Adipramono
Jl. Kebraon Manis Selatan I/35, Surabaya 60222
Telp. (031) 7663535); Mobile. 08123158441
Email. tri_ap@yahoo.com
Jl. Gajah Mada 116, Mojokerto 61313
Telp. (0321) 322908
Email. gki.mojokerto@gmail.com
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 06:30
Kebaktian P/R. 08:30
Jl. Raya Lawu 2, Mojokerto
Telp. (0321) 326694
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 17:00
Bajem
Pacet, Jl. Bintang Kejora, Pacet
Telp. (0321) 690067
Kebaktian I. 17.30
Pendeta
Pdt. Samuel Dian Pramana
Jl. Lawu Raya 2A, Mojokerto
Telp. (0321) 395060 ; Mobile. 085747515757
Email. muel_sha@yahoo.com
Jl. Niaga 111, Mojosari 61382
Telp. (0321) 591218
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 06:00
Kebaktian P/R. 8:00
Pendeta
Pdt. Atdi Susanto
Jl. Niaga 129 A, Mojosari 61218
Telp. (0321) 592486 ; Mobile. 085230191959
Email. barasetia@yahoo.com
Sekretariat: Jl. Taman Bendul Merisi Selatan 16, Surabaya 60239
Phone: (031) 8481673
Fax: (031) 8420633
Email : klasis_bojonegoro@yahoo.co.id
Jl. Rajawali 156-158, Bojonegoro 62117
Telp & Fax. (0353) 881294
Email. gkibojonegoro@yahoo.com
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 06:00
Kebaktian II. 16:30
Kebaktian P/R. 09:00
Pos Jemaat
Jl. HOS Cokroaminoto 673, Dander, Bojonegoro
Kebaktian 9.30
Desa Sendangrejo, Parengan
Kebaktian 9.00
Pendeta
Pdt. Iwan Sukmono
Jl. Tri Tunggal 49, Bojonegoro
Mobile. 081230552169
Email. iwansukmono@yahoo.com
Jl. Dr. W. Sudirohusodo 712, Kembangan – Gresik 61161
Telp & Fax. (031) 3951393
Email. gki_gresik@yahoo.com
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 07:00
Kebaktian P/R. 09:00
Pendeta
Pdt. Gidyon
Jl. Kalimantan 125, Perum. GKB. Gresik 61151
Telp. (031)3957234; Mobile. 081330146153
Email. gidyonbararada@yahoo.com
Jl. Sulung Sekolahan 2A, Surabaya 60174
Telp. (031) 3533836, 3539105; Fax. (031) 3534319
Email. kantor.gkisulung@gmail.com
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 06:30
Kebaktian II. 9:00
Kebaktian II. 17:00
Kebaktian P. 9:00
Kebaktian R. 9:00
Bajem
Jl. Demak Jaya II/ 3-5, Surabaya
Kebaktian I. 09.00
Kebaktian R. 07.00
Pendeta
Pdt. Nathanael Channing
Jl. Parang Barong 11, Surabaya 60176
Telp. (031) 3541258; Mobile. 081229918837
Email. channing@indo.net.id, nathanael_channing@yahoo.com
Pdt. Agustina Manik
Jl. Sutorejo Utara IV/26, Surabaya 60113
Telp. (031) 5934243; Mobile. 08123510354
Email. manik.nina@gmail.com
Pdt. Hero Guntoro
Jl. Simorejo 18 no.9, Surabaya
Telp. (031) 5454655; Mobile. 0817320927
Email. hero_guntoro@yahoo.co.id
Pdt. Ruth Retno Nuswantari
Jl. R.P. Soenarjo Gondokusumo 18, Surabaya
Telp. (031) 5325595; Mobile. 0818596542
Email. rrn29357@gmail.com, rrn29357@yahoo.co.id
Pnt. Soewandi Tedjo
Jl. Donokerto IX/ 23,Surabaya 60141
Telp. (031) 3763627; Mobile. 08155145069
Email. gkiss@sby.dnet.net.id
Sekretariat: Jl. Taman Bendul Merisi Selatan 16, Surabaya 60239
Phone: (031) 8476738
Fax: -
Email : klasisbanyuwangi@yahoo.com
Jln. Letjen Sutoyo Siswomiharjo 15, Banyuwangi 68416
Telp. (0333) 423733
Email. gki_banyuwangi@yahoo.com
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 06:30
Kebaktian II. 17:30
Kebaktian P/R. 08:30
Pendeta
Pdt. Diah Noorani Kristanti
Jl. Letjen.Sutoyo Siswomihardjo 19 Banyuwangi
Telp. (0333) 421788; Mobile. 081328352925
Email. diahnk@yahoo.com
Jl. Yos Sudarso 147 B, Bondowoso 68212
Sekretariat:
Jl. Letnan Sudiono 19/23, Bondowoso 68211
Telp. (0332) 421287; Fax. (0332) 427001
Email. gkibondowoso@gmail.com
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 06:00
Kebaktian II. 16:30
Kebaktian P/R. 09:00
Pendeta
Pdt. Martin K. Nugroho
Jl. Letnan Sudiono 19/23, Bondowoso 68211
Telp. (0332) 421287; Fax. (0332) 427001; Mobile. 08112719388
Email. martin.irma@gmail.com
Jl. Sentot Prawirodirdjo 18, Jember 68133
Telp & Fax. (0331) 482624
Email. gkijember@yahoo.com
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 06:30
Kebaktian II. 9:00
Konsulen
Pdt. Djusianto
Jl. Wisma Permai Tengah 11, Blok DD no. 5, Surabaya
Telp. (031) 5922120; Mobile. 0818570098
Email. djusianto@yahoo.com
Calon Pendeta
Pnt. Michael Santoso Wijaya
Jl. Panglima Sudirman 23, Pasuruan 67115
Telp & Fax. (0343) 421971
Email. gkipasuruan@yahoo.com
Jam Kebaktian
Kebaktian I. 09:00
Kebaktian P/R. 07:00
Pendeta
Pdt. Untung Irwanto
Jl. Panglima Sudirman 23, Pasuruan 67115
Telp. (0343) 417439; Mobile. 08123434179
Email. u_irwanto@yahoo.com