XXXI Majelis Klasis
GKI Klasis Banyuwangi
31 Mei 2017 di Denpasar, Bali

 

Kontributor:
Yosef Desdian Setiawan
(Kader GKI/Notulis Persidangan)

">


07 June 2017 / Berita Sukita Terkini

Congratulation
Pnt Michael Chandra Wijaya


media

Percakapan Gerejawi
Pnt. Michael Chandra Wijaya
pada Persidangan XXXI Majelis Klasis
GKI Klasis Banyuwangi
31 Mei 2017 di Denpasar, Bali

 

Kontributor:
Yosef Desdian Setiawan
(Kader GKI/Notulis Persidangan)

Pnt. Michael Chandra Wijaya menjalani percakapan gerejawi kedua dalam Persidangan XXXI Majelis Klasis GKI Banyuwangi yang dilaksanakan di Quest San Hotel Denpasar, Bali pada 30 Mei - 1 Juni 2017. Pada percakapan tersebut, calon pendeta diberi kesempatan untuk menguraikan pokok-pokok pikirannya tentang topik tertentu terkait Pengajaran dan Tata Gereja GKI dalam makalah. Pnt. Michael menguraikan makalahnya yang berjudul “Persepuluhan yang Hidup, Kudus, dan Berkenan kepada Allah” pada kesempatan percakapan gerejawi yang pertama mengenai Pengajaran GKI.

 

Melalui pendahuluan makalahnya, ia menerangkan bahwa GKI memang tidak mewajibkan umatnya untuk memberikan persembahan persepuluhan. Namun, lebih lanjut ia menerangkan pengertian bahwa persepuluhan merupakan persembahan khusus yang diberikan oleh kesebelas suku Israel kepada suku Lewi, melalui perspektif historis dan tradisi kultis Israel. Hal tersebut dikarenakan suku Lewi tidak mendapat bagian tanah pusaka dan mengabdikan hidupnya untuk mengatur segala urusan peribadahan. Selanjutnya, dalam memaparkan makalahnya, ia berusaha untuk melihat konstruksi pemikiran berkenaan dengan persepuluhan dari sudut pandang biblis, sosio-eklesiologis, dan liturgis.

 

 

Pada kesempatan percakapan gerejawi kedua, alumnus Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana angkatan 2007 ini memilih topik makalah mengenai Tata Gereja dan Tata Laksana GKI Seputar Jabatan Gerejawi, yang berjudul “Mendalami Kepenatuaan dan Kepemimpinan GKI.” Ia menerangkan asal kata “gereja” secara etimologis yang berasal dari bahasa Yunani, ekklesia. Ekklesia memiliki arti dipanggil keluar, sehingga Gereja menjadi kumpulan orang yang dipanggil ke luar oleh Allah dan dihimpunkan menjadi persekutuan satu Tubuh Kristus. Melalui hal tersebut, ia coba mengejawantahkan arti hakiki dari-pada gereja di tengah pandangan umum, yang di dalamnya mencakup kelas katekisasi yang secara spontan menganggap gereja sebagai tempat dan bangunan fisik.

 

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul pun beragam dan menarik. Salah satu pertanyaan yang muncul dalam sesi tanya jawab adalah, “sebagai calon pendeta, bagaimanakah Pnt. Michael memandang jemaat yang lebih memberikan persepuluhannya pada anak-anak yatim dan mereka yang termaginalkan, dibandingkan memberikannya pada gereja?” Menanggapi pertanyaan tersebut, Pnt. Michael menyampaikan bahwa, “selama pemberian itu didasari oleh rasa syukur pada Tuhan, hal tersebut diperbolehkan. Selama orang yang bersangkutan melihat wajah Yesus lewat kehadiran anak-anak yatim dan mereka yang termaginalkan.” Setiap pertanyaan pun dapat dijawab dengan baik oleh Pnt. Michael Candra Wijaya.

 

Selamat dan teruslah semangat dalam memaknai setiap karaNya dalam proses berjemaat Pnt. Michael Chandra Wijaya! Kiranya setiap proses yang ditempuh dapat semakin memantapkan langkah menjalani perziarahan yang tidak pernah berhenti ini. God bless!