27 March 2017 / Berita Sukita Terkini

MERAWAT BUMI,
MERAWAT KEBHINEKAAN


media

Gerakan Nusantara Tanam Pohon
26 Maret 2017
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI),
Desa Campurejo, Panceng, Gresik.

 

Kontributor:

Pdt. Yosez Rezon Suwignyo


diolah oleh Bp. Michael Agung Irianto
(Sahabat Infokom GKI Sidoarjo)

Hari Minggu (26/3) dari pagi hingga siang hari, nampak ada kesibukan yang tidak seperti biasanya di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), Desa Campurejo, Panceng, Gresik.

Sebanyak 200 tamu undangan dari berbagai elemen masyarakat hadir untuk melakukan penanaman 1500 pohon yang akan ditanam di area-area gersang di pinggir pantai. Jenis pohon yang ditanam, adalah jenis pohon kayu. Sedangkan sisanya adalah pohon serbaguna seperti pohon Tanjung, Kenari, Glodokan Tiang, Sirsak, Mahoni, Mindi dan lain sebagainya. Tanaman tersebut juga dibagikan kepada masyarakat per keluarga agar masyarakat juga ikut menanam dan memelihara pohon tersebut.

Para undangan tersebut hadir memenuhi undangan dari acara yang didukung oleh Departemen Oikmas GKI SW Jatim, GKI Gresik, GKI Sidoarjo, Walima Foundations, Formagam, GKJW, PHDI Hindu, Kong Hu Chu, WKRI, Pemuda Katolik, ICRP, Pemuda Pancasila, Gusdurian Sidoarjo, Petrokimia Gresik, DR Property, Alfamidi, Wingsfood, Wilmar, Surya jaya, Sapu Lidi, Budha, Tao, dan Penghayat Kepercayaan.

Acara dipandu oleh MC yang kocak dan humoris yaitu K.H. Djadi dari Masjid Cheng Ho Surabaya, kemudian penampilan tarian sambutan dari anak-anak TK yang memberikan kecerian dan semangat kepada setiap peserta. Hadir memberikan sambutan adalah Ketua Panitia, Bapak Djoko Pratomo (dari Formagam, sekaligus anggota jemaat GKI Gresik), Letkol. Widodo Pujianto SH selaku Dandim 0817 Gresik, Pdt. Yoses Rezon S memberikan sambutan mewakili lintas iman, dan sambutan Kepala Desa Panceng, mewakili tuan rumah acara.

Bapak Djoko Pratomo, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini dapat terselenggara atas idealisme rekan-rekan lintas iman yang tergabung dalam group Roemah Bhineka Tunggal Ika, yang ingin menyampaikan pesan damai melalui pohon, dengan semangat menggandeng banyak unsur elemen masyarakat dan agama, agar benar-benar semangat kebhinekaan dirasakan bersama.

"Sebuah kehormatan apabila bisa hadir di acara yang mulia ini. Ini merupakan acara pengikat persaudaraan sekaligus pengikat alam semesta,” demikian kata Bapak Letkol. Widodo Pujianto SH, “Kita perlu meniru para pendahulu kita yang dulu juga menanam pohon, yang sekarang pohon itu sudah besar-besar dan sudah kita nikmati bersama. Kita pun berharap bahwa apa yg ditanam ini juga akan dinikmati oleh anak cucu kita", imbuhnya.

Pendeta Yoses, mewakili lintas iman, menegaskan pesan kehidupan bahwa tanaman hadir dalam ketulusan. Seperti guru, apa yang indah dari sebuah pohon adalah memberi dengan tulus dan tak pernah meminta. Entah dihargai atau tidak pohon akan selalu memberi kehidupan. Maka, sejatinya merawat pohon, bukan hanya merawat kebhinekaan tetapi juga merawat kehidupan. Niscaya, ketulusan kita untuk kehidupan akan mendatangkan kebaikan pula untuk kehidupan.

Kepala Desa Campurejo - Panceng menyambut baik kegiatan ini, dan sudah sangat merindukan dari beberapa tahun yang lalu adanya penanaman pohon di kawasan pantai. Dari beberapa kali kegiatan penanaman pohon, tak lama beberapa hari kemudian pohon itu mati. Bapak Kades sangat berharap tanaman ini benar- benar hidup seperti kebhinekaan kita yang sudah hidup sampai saat ini.

Seusai sambutan, acara dilanjutkan dengan doa bersama lintas iman, yang dipimpin oleh Haji Imron, dan didampingi oleh perwakilan dari lintas iman antara lain: Pdt. Yoses dari Kristen, Bapak Iryanto dari Katolik, Gus Hery Setiawan dari Muslim, Tjoe Kian dari Tao Kim Hin Kong Gresik.

Setelah doa bersama, perwakilan dari lintas iman dan elemen melepaskan beberapa ekor burung merpati sebagai simbol acara ini dibuka dan dimulai.

Pada pukul 10.17 acara tanam pohon resmi dibuka, Letkol. Widodo Pujianto SH memulai dengan menanam pohon secara simbolis, dan diikuti oleh semua peserta. Acara ditutup dengan makan siang bersama menikmati menu ikan laut sebagai simbol pemeliharaan Tuhan.

Perlu komitmen dan aksi bersama untuk merawat kebhinekaan. Kegiatan menanam pohon ini adalah tindakan nyata untuk memulihkan kerusakan alam yang sudah gersang, dan juga dimaknai secara simbolis bahwa pohon kebhinekaan perlu selalu dirawat bersama-sama agar tidak mengering dan mati dalam ketidakpedulian kita semua. Maka, sejatinya merawat pohon, bukan hanya merawat kebhinekaan tetapi juga merawat kehidupan. Mari merawat kehidupan secara bersama-sama, karena kita tinggal di rumah yang sama, Indonesia.