Dialog Bersama Jaringan Pemuda Kristen Hijau
GKI Tumapel
17 Juni 2017
Kontributor:
Devian Abed
(GKI Tumapel)
Pada hari Sabtu, 17 Juni 2017, Komisi Pemuda GKI Tumapel mengundang Pemuda GKI Kebonagung dan GKI Blimbing untuk berbagi pengalaman dalam dialog bersama Jaringan Pemuda Kristen Hijau yang berdomisili di Malang. Dialog yang diadakan di basecamp Pemuda GKI Tumapel Jalan Kartini 5 pukul 6 sore (17/6) dihadiri 3 kawan perwakilan dari Kristen Hijau, yaitu Yohanes Tampubolon, Ferdi Bili, dan Daniel Sihombing. Agak disayangkan dalam dialog ini Pemuda GKI Blimbing tidak dapat hadir, dan dari GKI Kebonagung diwakili satu orang.
Setelah diawali dengan puji-pujian, dialog dimulai dengan paparan dari Sdr. Yohanes Tampubolon mengenai dasar teologis dari berdirinya Kristen Hijau. Ayat yang menjadi sorotan awal dari paparan adalah Kejadian 1 : 26-28. Seorang teolog bernama Lynn White dalam bukunya “The Historic Roots of Our Ecological Crisis.” mengatakan bahwa Kejadian 1 : 26-28 merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis ekologi yang dialami dunia saat ini. Lynn meyakini bahwa ayat tersebut telah ditafsirkan secara tuidak utuh oleh sebagian manusia yang akhirnya memberikan mereka “ijin” untuk mengeksploitasi alam dengan dalih bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang tertinggi dan ciptaan lain ada untuk memenuhi kebutuhan mereka semata. Kristen hijau melihat bahwa perlunya kesadaran manusia untuk bukan hanya menggunakan alam bagi keperluannya, namun juga menjaga alam demi kelestarian dan keberlangsungan alam itu sendiri, yang mana berdampak juga pada kehidupan manusia. Lebih jauh, Kristen Hijau melihat peran manusia sebagai penatalayan ciptaan Allah, yang telah diberi mandat budaya untuk memanfaatkan dan melesatarikan alam (Kej. 2:15). Karena itulah, dalam pemanfaatan alam, manusia perlu mempertimbangkan adanya keberlanjutan (sustainability) alam dan keadilan dalam hal penguasaan. Gambaran ini terlihat jelas dalam perintah Tuhan di Imamat 25 mengenai bagaimana penerapan Tahun Yobel bagi tanah-tanah di Israel. Hal ini nampak juga dalam kisah Kebun Anggur Nabot (1 Raja-Raja 22) yang mana murka Allah turun atas Ahab dan Izebel karena mereka merampas tanah warisan dari Nabot. Dasar Alkitab tadi merupakan beberapa hal yang menjadi landasan semangat dari kawan-kawan Kristen Hijau dalam menjalankan misinya.
Penjelasan dilanjutkan oleh Sdr. Ferdi Bili yang menceritakan tentang fenomena kerusakan alam yang tengah terjadi di Indonesia. Beberapa contohnya antara lain, krisis ekologi di Jawa, konflik-konflik agrarian di Indonesia, dan juga fenomena seorang Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) bernama Pdt. Sugianto atau akrab dipanggil Pdt. Gie yang dipenjara akibat membela hak para petani di Tulang Bawang, Lampung. Kristen Hijau juga menjelaskan mengenai kegiatan dan posisi mereka di tengah Gereja. Kristen Hijau adalah medium pendorong partisipasi Umat Kristen dalam pengelolaan lingkungan. Itu artinya Kristen Hijau akan senantiasa mendorong agar umat-umat atau gereja bisa mengaplikasikan imannya dalam mengelola lingkungan seturut dengan apa yang Yesus ajarkan dalam Alkitab. Dalam perannya menjadi medium, Kristen Hijau juga berjejaring dengan gerakan sosial yang sejalan dalam misis pengelolaan lingkungan, seperti contoh Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), Green Papua, WALHI, dan lain-lain. Dalam menjalankan misinya, jaringan yang baru berdiri awal tahun 2017 ini memiliki beberapa agenda, yaitu pendidikan, pendampingan dan perluasan. Dalam pendidikan, kawan-kawan Kristen Hijau sering mengadakan diskusi ataupun mengikuti diskusi seputar lingkungan, agraria, dan keadilan. Diskusi yang pernah diadakan antara lain : “Yesus dan Keadilan Ruang Hidup” di Pamelan Café Jalan Panglima Sudirman 41 Surabaya pada tanggal 22 Mei 2017; “Tanah dalam Tradisi Judeo-Kristen dan Islam” di Wisma Kalimetro Malang tanggal 26 April 2017. Kegiatan pendampingan juga dilakukan antara lain mengunjungi rekan-rekan dari Nawakalam yang berjuang gigih mempertahankan mata air di Batu yang terancam dengan megaproyek dalam sektor pariwisata di sana. Kegiatan sharing dan diskusi di gereja dan kampus juga merupakan upaya perluasan dari jaringan ini. Di samping pemaparan yang telah diberikan, juga diadakan sesi tanya jawab. Beberapa pemuda tampak antusias dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan seputar Kristen Hijau sehingga dialog makin interaktif.
Dalam kesempatan tersebut, Sdr. Valdi dari GKI Kebonagung, juga bercerita tentang upaya yang tengah dilakukan GKI Kebonagung bersama warga Kebonagung untuk mempertahankan lapangan sepakbola di belakang sekolah Pamerdi yang sedang dibangun oleh Pabrik Gula (P.G.) Kebonagung untuk menjadi lapangan parkir bagi truk pembawa tebu ke P.G. Lapangan tersebut merupakan fasilitas yang sudah sejak dulu dipergunakan sebagai tempat latihan olahraga baik bagi warga maupun murid-murid sekolah yang berada di sekitar lapangan.
Dialog kemudian ditutup dengan doa syafaat secara khusus mendoakan bagi GKI Kebonagung dan permasalahan yang sedang dihadapi, serta dilanjutkan dengan sesi foto bersama.
Bersyukur untuk kesempatan dialog bersama kawan-kawan Kristen Hijau yang memberi banyak informasi, serta penghayatan dalam pengelolaan lingkungan sebagai wujud iman kita. Semoga dialog ini bisa menginspirasi pemuda ketika beraktifitas sehingga tetap mengingat pentingnya melestarikan lingkungan hidup, bukan hanya sebagai panggilan moral namun sebagai panggilan iman kita sebagai orang Kristen.