Siang-siang ke GKI Jemursari
Mengikuti persidangan Klasis Banyuwangi
14 jemaat GKI pun berpatisipasi
Mari lihat dalam liputan ini
Dalam Persidangan XLI Majelis Klasis GKI Klasis Banyuwangi kali ini cukup erat dengan berbalas pantun. Ya, barangkali supaya suasana tidak terlalu menegangkan. Persidangan XLI Majelis Klasis GKI Klasis Banyuwangi mengusung sebuah tema dengan judul “Menjadi Gereja yang Cakap Melaksanakan Misi Allah di Era Kenormalan Baru”. Gereja yang cakap itu berarti ia sedang ikut mengambil bagian dalam dialog situasi yang ada, serta melihat dan merumuskan kembali kehadiran dirinya tanpa menghilangkan identitas yang ada. Bukankah ini langkah yang baik bagi GKI untuk terus menghadirkan dirinya menjadi entitas yang adaptif dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi? Selayaknya semangat dan sikap yang juga diusung oleh jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2: 41-47.
Selain diwarnai dengan berbalas pantun, dalam persidangan kali ini juga dilakukan percakapan gerejawi atas diri Pnt. Ricky Avianto. Percakapan yang berlangsung selama dua hari menambah tingkat ‘deg-deg’ an sang calon pendeta semakin meningkat atau bahkan mungkin sampai tidak bisa tidur dengan nyenyak. Tapi syukurlah, Pnt. Ricky Avianto dapat melewatinya dengan baik. Tentu saja itu semua bisa terjadi karena pertolongan-Nya.
Pnt. Ricky mengusung sebuah tema dengan judul “Kelompok Kecil sebagai Wujud Konkret Persekutuan yang Relasional” sebagai paper percakapan gerejawi di bidang ajaran dan juga tema “Membangun Spiritualitas yang Kuat Melalui Ibadah dalam Perspektif Tata Gereja dan Tata Laksana” sebagai paper percakapan gerejawi di bidang tata gereja GKI. Melalui kedua tema inilah, Pnt. Ricky menyampaikan gagasan dan tanggung jawabnya sebagai seorang teolog, yang pada akhirnya, melayakkannya untuk ditahbiskan.
Persidangan yang berjalan dua hari satu malam ini nyatanya juga menjadi ajang temu-kangen dan langkah awal untuk berjumpa dalam persidangan secara onsite setelah sekian lama perjumpaan terjadi via online. Walau persidangan ini berlangsung dengan singkat (saya tidak tau apakah Pnt. Ricky merasakan hal yang sama), namun persidangan ini biarlah menjadi momentum untuk mengawali kehidupan era kenormalan baru dalam lingkup berklasis. Persidangan pun ditutup dengan sebuah ibadah singkat dengan pesan “GKI bukan punya kita, GKI milik Tuhan”. Kita dipanggil bersama untuk menghidupi identitas kita sebagai GKI dengan kesadaran penuh bahwa kita milik-Nya, pun juga dengan gereja-Nya. Selamat berjumpa kembali dalam persidangan berikutnya.