05 January 2017 / Berita Sukita Terkini

RIYANTO : UMAT BERAGAMA
YANG KAYA NILAI KEMANUSIAAN


media

Komunitas Gusdurian dan GKI Mojokerto
dalam rangka Haul Gus Dur ke-7

29 Desember 2016

 

 

Kontributor:

Pdt. Samuel Dian Pramana

Riyanto adalah sebuah nama yang terkesan sederhana, meskipun sebenarnya arti nama Riyanto adalah keteguhan. Mungkin nama itu banyak dipakai oleh orang Indonesia untuk seorang anak laki-laki. Namun jika kita ke Kota Mojokerto, di Jalan Prajurit Kulon ada gapura yang cukup megah bertuliskan Jalan Riyanto. Itu merupakan penghargaan yang diberikan oleh pemerintah Kota Mojokerto kepada Almarhum Riyanto, seorang banser NU yang memiliki keberanian untuk berkorban dengan cara berupaya membuang bom yang ditemukan setelah kebaktian Malam Natal tahun 2000 di Gereja Eben Haezer Mojokerto.

 

Setelah 16 tahun berlalu, dalam rangkaian Haul Gus Dur ke-7, Komunitas Gus Durian Mojokerto bersama dengan GKI Mojokerto melakukan kegiatan bakti sosial kepada keluarga Alm. Riyanto. Acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2016. Bagi GKI Mojokerto, acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan Natal 2016. Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenang adanya figur anak bangsa yang rela berkorban demi menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Sebuah teladan yang tidak boleh kita lupakan, bahwa keberagaman yang ada di Indonesia harus terus dijaga oleh seluruh rakyat Indonesia.

 

Ketika berkunjung ke rumah keluarga Alm. Riyanto, kami disambut dengan hangat oleh kedua orang tua Alm. Riyanto, yaitu Bapak Sukarmin dan Ibu Katinem. Dua orang tua sederhana yang ternyata mampu menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang luar biasa dalam diri Alm. Riyanto. Menurut mereka tidak ada hal istimewa yang mereka ajarkan kepada Alm. Riyanto, anak sulung dari tujuh bersaudara. Namun dituturkan oleh mereka, bahwa sejak muda Riyanto sangat suka membaca buku dan mengikuti acara keagamaan yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang luhur.

 

Salah satu cerita menarik yang dituturkan oleh Biantoro, adik Alm. Riyanto, adalah ketika malam Natal tahun 2000, sebetulnya sejak awal Almarhum sudah tidak berencana unutk ikut dalam penjagaan yang dilakukan oleh Banser NU di gereja-gereja kota Mojokerto. Namun sekitar pukul setengah empat sore, Alm. Riyanto mendadak mengubah niatnya tersebut. Seolah-olah ada sebuah dorongan kuat dalam dirinya untuk ikut dalam penjagaan di malam Natal. Seperti yang kita ketahui, akhirnya ternyata Alm. Riyanto menjadi korban dari ledakan bom di Malam Natal tahun 2000.

 

Entah kebetulan atau tidak, kisah yang dituturkan oleh Biantoro tersebut hendak mengingatkan kepada kita bahwa sebagai umat beragama, kita sebenarnya memiliki panggilan untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan berdasarkan ajaran agama kita masing-masing. Semoga dengan mengenang Alm. Riyanto, sebagai gereja Tuhan, kita juga terus memiliki semangat untuk menebarkan benih-benih kedamaian di negara kita yang tercinta, Indonesia.

 


Orang tua dan kerabat Alm. Riyanto


Ngobrol santai di rumah yang sederhana


Bingkisan terima kasih atas sambutan yang hangat
dari keluarga almarhum