Percakapan Gerejawi
Pnt. Theodorus Willem Noya
Pada Persidangan XXXII Majelis Klasis
GKI Klasis Banyuwangi
25 September 2017
Kontributor:
Sdr. Yohanes Putra Pratama
Kader GKI
Pada Persidangan XXXII Majelis Klasis GKI Klasis Banyuwangi, 25 September 2017 lalu, Penatua Theodorus Willem Noya menjalani Percakapan Gerejawi.
Dalam sesi Bidang Ajaran GKI, Pnt. Theo memilih tema DALAM PERSEKUTUAN KASIH YANG AKRAB : Panggilan GKI untuk Menjalankan Misi Allah Trinitas dalam Hakikatnya sebagai Persekutuan. Tema ini dipilih untuk memperkaya penghayatan dari gereja akan makna persekutuan. Ia memberikan pemaparan yang berlandas pada doktrin Allah Trinitas (Trinitarian), yang merupakan perspektif ekklesiologi GKI sebagaimana tertuang dalam Mukadimah Tata Gereja dan Konfesi GKI 2014.
Diawali dengan penjelasan konsep perikhoresis, yakni sebuah konsep yang menunjukkan kesalingterikatan mutual antara ketiga pribadi Ilahi (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) yang sangat akrab. Sehingga ketiganya saling mengisi, saling masuk, saling rangkul dan saling memberi ruang. Kemudian dilanjutkan dengan undangan agar gereja menyadari diri sebagai persekutuan yang trinitaris yang hidup dan berkarya ke dalam dunia. Dengan tujuan membentuk gereja yang hidup dalam persekutuan yang relasional dalam kepelbagaian dalam mengerjakan misi Allah. Itulah gereja yang berkarya sebagai Persekutuan Kasih yang Akrab. Persekutuan yang saling berpartisipasi, saling melibatkan, tanpa harus saling mengungguli dalam derap langkah karya bersama.
Presentasi yang apik ini dilengkapi dengan jawaban-jawaban yang lugas dalam percakapan bersama pemandu (Pdt. Natanael Sigit W.) maupun dalam sesi tanya jawab dengan peserta persidangan.
Sementara di Bidang Tata Gereja GKI, Pnt. Theo mengangkat tema DIPANGGIL DALAM ANUGERAH ALLAH : Penghayatan akan Makna Jabatan Gerejawi di GKI dan Relevansinya terhadap Proses Kepenatuaan dalam Tata Laksana GKI. Melalui tema tersebut, Pnt.Theo memberi pandangan kritis terhadap kecenderungan praktek kepemimpinan di gereja yang menjadi kadang terkesan menjadi kepemimpinan yang struktural-organisasional. Sementara bila merujuk pada Tata Gereja (atau rumusan Ekklesiologi GKI), jabatan gerejawi memiliki makna lebih mendalam, yakni sebuah panggilan Allah pada anggota gereja untuk memimpin gereja dalam rangka menjalankan misi Allah melalui anugerah yang diberikan-Nya melalui gereja. Sehingga pada hakikatnya ia berasal dari Allah dalam Kristus dan kuasa Roh Kudus.
Berdasarkan itu, proses kepenatuaan yang organisasional selalu harus dimaknai sebagai proses spiritual yang melaluinya Allah bekerja. Karena itu proses gerejawi itu harus digumuli seluruh anggota jemaat dengan mencari dan mendengarkan kehendak Allah melalui Firman-Nya yang diiringi dengan doa dalam kesehatian dan ketulusan. Penyampaian ini bukan sekedar bicara mengenai Jabatan Gerejawi saja, namun sebuah usulan darinya bagi anggota gereja agar dapat secara kritis mencari makna dari setiap aturan yang tertuang dalam Tata Gereja dan Tata Laksana. Sehingga derap langkah menggereja yang dihidupi tidak menjadi kaku melainkan juga bisa menjadi sebuah tarian yang indah dalam anugerah Allah.
Percakapan yang dilanjutkan bersama dengan Pdt. Sutrisno sebagai pemandu juga dilampauinya dengan tenang. Diakhiri dengan sesi tanya jawab yang memperkaya setiap peserta persidangan dan Pnt. Theo dalam menghidupi panggilannya dalam anugerah Allah.
Akhirnya, dapat kita sampaikan bersama; Selamat membangun persekutuan kasih yang akrab dalam anugerah Allah; Pnt. Theodorus Willem Noya, Majelis Jemaat dan jemaat GKI Rungkut Asri juga kita semua!