29 August 2021 / Renungan Harian

DARI HATI UNTUK DUNIA


media

Markus 7:1-8, 14-15, 21-23

“Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya ....” (Mrk. 7:20)

Dalam bukunya Pedagogy of the Heart (2007), Paulo Freire (1921-1997) menuliskan pentingnya pendidikan yang dilandasi oleh hati. Pendidikan ini tidak berarti menyingkirkan akal pikiran. Namun, bersama suara hati, pendidikan ini mengolah akal pikiran sehingga orang hidup dalam daya kritis, daya juang, dan daya cinta. Bagi Freire, pendidikan yang memperhitungkan hati sungguh akan mengubah dunia menjadi lebih baik.

Dalam Injil Markus 7, Yesus menegaskan pentingnya memperhitungkan hati dalam perilaku hidup sehari-hari, termasuk perilaku beragama dan beradat-istiadat. Yesus mengkritik orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang mempermasalahkan tindakan murid-murid ketika makan tanpa membersihkan diri. Bagi Yesus, “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat ...” (ay. 20-21). Dengan perkataan lain, Yesus menegaskan bahwa orang seharusnya tidak boleh menilai begitu saja setiap pelanggar adat istiadat sebagai najis atau bercela (berdosa). Bukan perilaku taat kepada adat istiadat atau ketetapan-ketetapan agama, tetapi perilaku tulus dari hati penuh cinta, itulah yang menentukan kesalehan diri seseorang.

Yesus tidak ingin kita taat mengikuti adat-istiadat tanpa memperhitungkan hati. Dia ingin agar anugerah Roh Kudus yang bekerja di hati, itulah yang menentukan perilaku hidup kita. Dari hati yang diberkati, kita murid-murid Kristus mampu menjadi berkat untuk dunia ini.

DOA:

Ya Allah, kiranya Roh Kudus-Mu menolong aku berkarya dengan hati yang tulus untuk kebaikan dunia ini. Amin.

Ul. 4:1-2, 6-9; Mzm. 15; Yak. 1:17-27; Mrk. 7:1-8, 14-15, 21-23

Latest ARTICLE