Kolose 1:15-23
... dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. (Kol. 1:20)
Alangkah indahnya hidup dalam damai; alangkah indahnya bila kita bisa saling mengampuni; alangkah indahnya bila tidak ada lagi perseteruan. Mungkinkah hal itu terjadi? Sangat mungkin! Jika Allah Sang Pencipta saja berkenan meninggalkan takhta-Nya demi mewujudkan pendamaian dengan seluruh ciptaan, mengapa kita yang hanyalah ciptaan enggan untuk berdamai dengan sesama? Melalui Kristus dan di dalam Kristus, kita beroleh pendamaian.
Pendamaian dalam bahasa Inggris disebut atonement, yang awalnya berarti at-one-ment, yaitu ‘menjadi satu, dalam keselarasan dengan seseorang.’ Istilah tersebut secara sederhana hendak mendeskripsikan karya keselamatan yang Allah lakukan melalui Kristus, untuk mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri. Allah sendirilah yang berinisiatif untuk memperbaiki relasi yang rusak akibat dosa manusia. Allah sendirilah yang berprakarsa untuk mengampuni dan mengulurkan tangan demi menyelamatkan manusia dari hukuman akibat dosa. Di sinilah keunikan iman Kristiani. Allah yang kita Imani bersedia untuk hadir bersama ciptaan-Nya, sehingga ciptaan dapat merasakan rengkuhan cinta kasih Allah yang begitu besar.
Kita adalah orang-orang yang telah menerima pendamaian dari Allah melalui Yesus Kristus. Kematian dan kebangkitan-Nya menjadi bukti bahwa upah dosa, yaitu maut, tidak lagi berkuasa atas kita. Kita turut serta mewujudkan damai itu, dengan menyatakan damai kepada sesama.
REFLEKSI:
Kristus telah mendamaikan kita. Kini saatnya bagi kita untuk mempersaksikan damai-Nya di tengah-tengah dunia.
Mzm. 23; Yer. 10:1-16; Kol. 1:15-23