14 June 2018 / Berita Sukita Terkini

Berkarya Bagi Bumi


media

Berkarya Bagi Bumi: Percakapan Gerejawi  Pnt. Boy Simon Buster

Tiap tahun 3jt ha hutan di Indonesia rusak. Hutan yang gundul, mengakibatkan longsor dan banjir di kala musim penghujan tiba. Di sisi lain, beberapa sumber-sumber air mengering. Kekeringan itu makin parah ketika musim kemarau tiba. Demikian Pnt Boy menjelaskan tentang kerusakan lingkungan di Indonesia yang kian hari kian massif. Kerusakan demi kerusakan terjadi akibat dari tindakan manusia yang bukan lagi sekedar memanfaatkan alam untuk mencukupi kebutuhannya, melainkan mengeksploitasi alam hingga melampaui batas kemampuan alam itu sendiri. Tindakan ini menurut Pnt. Boy merupakan tindakan Ekosida. Ekosida berasal dari dua kata. Kata pertama yaitu eco, berarti tempat tinggal seluruh komponen ciptaan. Kata kedua, cide, artinya tindakan terencana yang menguras dan menghancurkan eksistensi dari sebuah tata kehidupan semua makhluk hidup di dalamnya. Singkatnya ekosida adalah tindakan pemusnahan lingkungan hidup yang mengancam seluruh kehidupan di muka bumi.

Adalah roh antroposentrisme yang menitikberatkan superioritas manusia atas alam dan makhluk ciptaan lain yang menjadi pokok persoalan teologis dari segala tindakan mengeksploitasi alam. Apalagi jika penafsiran antroposentris pada teks Alkitab dijadikan sebagai legitimasi. Pnt. Boy menjelaskan perlunya upaya reinterpretasi pada teks penciptaan dan penebusan. Dalam kacamata antroposentrisme, penciptaan dan penebusan seolah hanya bermakna bagi tujuan hidup manusia.

Makna itu akan berbeda jika dipandangan melalui kacamata yang lebih teosentris. Teosentris memandang alam dan seluruh makhluk ciptaan dalam relasi yang setara: semua dikasihi oleh Allah (Theos). Manusia memang diberi wewenang untuk memanfaatkan sumber alam demi kebutuhan hidupnya. Bersamaan dengan itu manusia juga diberi tanggungjawab untuk memelihara dan mengelola alam. Dalam karya penebusan, pendamaian Kristus bukan hanya ditujukan bagi manusia saja, melainkan demi seluruh ciptaan (Kolose1:20). Pandangan yang Teosentris ini bisa ditemukan jejaknya dalam Tata Gereja GKI 2009. GKI menghayati bahwa memelihara keutuhan ciptaan adalah bagian dari mengerjakan misi Allah melalui gereja.

Dengan dasar itu Pnt. Boy mengajak gereja melakukan upaya penyadaran bahwa seluruh jemaat, sebagai makhluk ekologis, dipanggil untuk memelihara dan merawat alam. Hal itu dapat dilakukan melalui pembinaan, liturgi, maupun kebijakan yang ekologis. Selain itu dapat juga dilakukan advokasi lingkungan hidup, yaitu dengan memberikan pendampingan dan pembelaan pada mereka yang menjadi korban dari ketidakadilan dalam isu ekologis.  Ajakan yang sangat relevan di tengah keadaan alam yang makin rusak.

Makalah dengan judul “Selamatkanlah Rumah Kita-Pendekatan Terhadap Isu Ekologis Menurut Perspektif Tata Gereja” ini dipresentasikan oleh Pnt. Boy Simon Buster pada saat percakapan gerejawi dalam Persidangan XXXI Majelis Klasis GKI Klasis Madiun  di Crown Victoria Hotel, Tulungagung, 6 Juni 2018 yang lalu. Selain presentasi makalah, ada juga sesi tanya jawab dengan peserta persidangan. Setelah menempuh keseluruhan rangkaian percakapan gerejawi tersebut, Pnt. Boy Simon Buster dinyatakan layak untuk ditahbiskan sebagai Pendeta GKI dengan basis pelayanan di jemaat GKI Gayungsari. Selamat untuk Pnt. Boy Simon Buster. Selamat melanjutkan karya bagi bumi bersama jemaat GKI Gayungsari.