06 November 2017 / Berita Sukita Terkini

Bisnis Online


media

Seminar Bisnis Online
GKI Diponegoro
13 Oktober 2017

 

Kontributor:
Pnt. Sujatno Tanidjan
(Anggota Jemaat GKI Diponegoro Surabaya)

Tahun 2016 lalu, disinyalir orang Indonesia yang aktif berbelanja via online (OL), jumlahnya mencapai kisaran 12 juta orang. Namun jumlah ini sebenarnya masih tergolong kecil jika dibandingkan jumlah seluruh penduduk Indonesia. Apalagi jika dibandingkan dengan Cina yang jumlah pengguna layanan belanja OL sudah mencapai 12-15% dari total populasinya. Ini berarti setiap tahun ada sekitar 200 juta orang Cina belanja melalui internet. Indonesia sendiri diprediksi ada potensi 50 juta orang yang menggunakan internet selama rata-rata 3 jam sehari. Hal ini dapat dilihat sebagai peluang usaha berbasis internet. Oleh karena itu Dipo Profesional Forum terdorong untuk mengadakan seminar mengenai bisnis berbasis layanan OL. Ide ini juga berangkat dari masukan-masukan yang diberikan oleh jemaat. Banyak orang ingin membangun bisnis berbasis layanan Online, namun tidak tahu bagaimana memulainya. Demikian pula banyak juga yang sudah menjalankan bisnis berbasis layanan Online dan ingin belajar bagaimana mengoptimalkannya.

David Setiawan, lulusan Psikologi Universitas Airlangga dan Institut of Art Film dan Television Faculty, didapuk sebagai narasumber seminar bisnis OL yang berlangsung pada tanggal 13 Oktober 2017. David Setiawan adalah seorang expert di bidang Marketing Strategy, Social Media Marketing serta Brand Strategy and Management. Saat ini, ia bekerja sebagai branding and marketing Consultant PT. Crea Cipta Cemerlang. Menurut David Setiawan, ada beberapa keuntungan menjalankan bisnis berbasis layanan OL, antara lain: hemat biasa sewa (lokasi) dan karyawan, produk dan jasa yang ditawarkan bisa lebih banyak variasinya, serta jangkauan bisnis yang lebih luas tanpa batasan geografis dan bisa dijalankan 24 jam dalam sepekan. Namun keuntungan ini bukan berarti tanpa tantangan. Bisnis berbasis layanan OL tentu saja mengandalkan penguasaan teknologi yang mumpuni. Situasi pasar OL lebih unik dan tidak mudah dibaca. Selain itu maraknya penipuan OL, membuat para pegiat bisnis OL harus lebih keras berusaha dalam membangun trust di masyarakat.

Kegiatan yang berlangsung di GKI Diponegoro ini dihadiri sekitar 80 orang. Tidak hanya dihadiri oleh jemaat dari GKI Diponegoro saja. Melainkan juga dari GKI yang lain. Ada banyak pertanyaan dari peserta tentang bagaimana mengupayakan agar bisnis yang berbasis layanan OL bisa berjalan optimal, serta beberapa sharing tentang bisnis berbasis layanan OL yang ternyata hanya tipuan.