30 April 2020 / Berita Sukita Terkini

CATATAN 30 HARI GT


media

Setelah Presiden mengumumkan adanya kasus positif Covid-19 di Indonesia, masyarakat mulai memburu masker di pasaran. Sayangnya barang yang sangat dibutuhkan untuk mencegah penularan Covid-19 ini justru kian langka keberadaannya. Kalau pun ada, harganya menjadi berkali-kali lipat lebih mahal dari harga normal. Penimbunan barang oleh beberapa oknum disinyalir menjadi salah satu penyebabnya. Yang lebih memprihatinkan, kelangkaan masker dan alat pelindung diri (APD) yang lain bahkan juga dialami oleh para petugas kesehatan. Padahal mereka adalah pihak yang paling membutuhkan. Sebab mereka adalah yang paling rentan terpapar virus saat menangani para pasien. Situasi semacam ini tentu saja semakin menyulitkan gerak pemerintah dalam menangani penyebaran Covid-19.

Merespon situasi ini, GKI Sinode Wilayah Jawa Timur mengambil langkah untuk mendukung pemerintah dalam menangani penyebaran Covid-19. Ini merupakan upaya gereja untuk peduli dan hadir di tengah persoalan krisis yang sedang dihadapi oleh bangsa bahkan dunia. Sejak 27 Maret 2020, Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah (BPMSW)  GKI Sinode Sinode Wilayah Jawa Timur membentuk Gugus Tugas Covid-19. Mereka adalah para pelayan yang bergerak secara sukarela untuk lebih mengefektifkan pengumpulan dan pendistribusian dana maupun barang ke sasaran yang tepat. Oleh karena kebutuhan yang paling mendesak pada awalnya adalah alat kesehatan, maka GT-Covid 19 mengutamakan pendistribusian APD yang terdiri dari : masker N-95, masker bedah, baju hazmat, medical gown, apron, head cover, face shield, shoes cover dan sarung tangan. Untuk memastikan bahwa APD yang didistribusikan sesuai dengan standar kesehatan, dr. Richard Pramono turut terlibat dalam GT Covid-19.

Sangat layak disyukuri bahwa di tengah kelangkaan APD, ada jemaat-jemaat yang telah bergerak dengan membuat APD sendiri. Salah satunya adalah GKI Emaus yang telah memulai dengan membuat Face Shield bersama para jemaat yang bersedia menjadi relawan. Langkah yang sama kemudian juga dilakukan oleh GKI Pondok Tjandra Indah, GKI Citraland dan GKI Mojosari. Partisipasi dan kolaborasi jemat ini sungguh luar biasa. Face Shield yang diproduksi sendiri oleh jemaat pada akhirnya dapat didistribusikan ke setiap fasilitas kesehatan yang membutuhkan.

Semula GT Covid-19 ini hanya bergerak untuk memenuhi kebutuhan APD di wilayah Jawa Timur. Namun seiring waktu berjalan, permintaan juga datang dari lintas provinsi. Pada akhirnya, diputuskan bahwa GT Covid-19 juga akan membantu wilayah-wilayah Indonesia Timur. Selama lebih kurang 30 hari sejak dibentuk, GT Covid-19 telah mendistribusikan bantuan APD ke 160 fasilitas kesehatan yang tersebar di provinsi Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Papua Barat, Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan. Fasilitas kesehatan tersebut meliputi Rumah Sakit Umum Daerah milik Pemerintah, Rumah Sakit yang dikelola Swasta, Puskesmas, Klinik, Posko COVID, Rumah Sakit Ibu dan Anak. Disamping itu, para relawan GT Covid 19 juga membuat disinfektan sendiri yang kemudian didistribusikan ke rumah-rumah ibadah. Bekerja sama dengan Departemen Oikumene dan Kemasyarakatan GKI Sinode Wilayah Jawa Timur, beberapa barang bantuan juga telah disalurkan ke  Gereja dan ke rumah ibadah yang lain.

Demikianlah catatan perjalanan GT Covid-19 selama lebih kurang 30 hari ini. Mempertimbangkan kebutuhan alat kesehatan yang semakin terpenuhi, GT Covid-19 akan memulai rangkaian kerja yang baru pada awal Mei nanti. Bukan lagi fokus pada penyediaan APD, melainkan berupaya menyediakan bahan pokok dan membagikannya kepada warga yang terdampak. Tentu bantuan ini akan tetap memprioritaskan wilayah-wilayah yang memang dianggap paling membutuhkan. Oleh karenanya, meski bergerak dari Jawa Timur, GT Covid-19 akan fokus membantu wilayah-wilayah di Indonesia Timur.

 

Pdt. Lydia Laurina