Sebuah wawancara dengan Gus Aan Anshori

 

 

 

Kontributor:
Pdt. Ariel A.Susanto
Gus Aan Anshori

">


28 November 2016 / Berita Sukita Terkini

Yoses Bukanlah Hanya Milik GKI


media

Yoses Bukanlah Hanya "Milik GKI"

Sebuah wawancara dengan Gus Aan Anshori

 

 

 

Kontributor:
Pdt. Ariel A.Susanto
Gus Aan Anshori

Kebaktian Penahbisan Pnt. Yoses Rezon Suwignyo menjadi Pendeta GKI dengan basis pelayanan di GKI Sidoarjo 21 November 2016 lalu diwarnai kehadiran para tamu lintas agama, baik dari Islam, Hindu, Budha, Katolik, Kong Hu Cu, bahkan rekan-rekan aktivis dari komunitas-komunitas lintas iman, penghayat kepercayaan, pecinta kebhinekaan dan pluralitas. Salah satu tokoh aktivis lintas iman, Gus Aan Anshori, juga hadir dalam kebaktian tersebut.

Siapakah Gus Aan Anshori?

Beliau adalah Kordinator Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Jawa Timur, yang pernah menjabat sebagai Kordinator Jaringan GUSDURian Jawa Timur 2011-2015. Selain aktif memberikan berbagai ceramah, training, dan workshop untuk isu hak asasi manusia, beliau aktif menulis dan tengah menyelesaikan studi S2 Hukum Keluarga Islam di Universitas Hasyim Asyari Tebuireng Jombang. Bersemayam di twitter @aananshori.

Gus Aan Anshori

Dalam sebuah kesempatan, kami berhasil berbincang dengan Gus Aan Anshori. 
Berikut adalah hasil wawancara kami:

Q: Ketika momen penumpangan tangan (penahbisan) para pendeta terhadap mas Yoses, rekan-rekan lintas agama ikut maju ke depan. Menurut Gus, hal simbolik apa yang mau disampaikan pada umat melalui hal ini?
A: Aku sendiri memaknainya dalam dua hal; Pertama, persaksian atas pencapaian Yoses dalam sistem dan hirarkhi gereja GKI. Kedua, keterlibatan teman-teman lintas iman saat penahbisan sesungguhnya merupakan peneguhan bahwa Yoses (dan siapapun pendeta GKI yang penahbisannya didatangi KLA) bukanlah hanya "milik GKI". Ia sejatinya putra Indonesia yang pengasuhannya "dititipkan" ke GKI namun tanggung jawabnya tidak terbatas pada komunitas GKI, namun pada Indonesia.

Q: Sejauh mana Gus kenal mas Yoses? Seperti apa dia menurut Gus?
A: Aku belum lama kenal dia. Namun harus saya akui, Yoses merupakan salah satu dari beberapa calon pendeta GKI yang memang sudah saya "pantau" sejak lama. Sebagai salah satu aktivis Jaringan GUSDURian di Jawa Timur, tugas saya adalah membangun sentinel-sentinel di berbagai komunitas lintas agama. Mereka saya anggap sebagai bagian penting dari seluruh landscape gerakan kebangsaan dalam JGD. Yoses -dan Sdr. Andreas dan Pdt. Simon- adalah jangkar pelaksanaan saat hari ulang tahun Gus Dur ke-75 di Tebuireng 2015 lalu. Dedikasinya luar biasa pada acara tersebut, juga ketika kami membuat gerakan anak-anak muda lintas agama. Ia tidak hanya cerdas namun juga rendah hati, berkemauan keras serta punya integritas. Itu yang membuatku tidak ragu lagi menyebutnya sebagai part of Jaringan GUSDURian.

Q: Apa pesan Gus buat kita semua terkait dengan kondisi Indonesia terkini dimana kebhinekaan sedang ada dalam sebuah "ujian besar"?
A: Situasi Indonesia yang semakin "oleng ke kanan" ini mewajibkan kita untuk terus memperkuat konsolidasi. Aku ulangi; memperkuat konsolidasi. Indonesia semakin terdesak oleh kekuatan intoleran, dan survey Wahid Institute mengkonfirmasi hal itu.

Q: Apa ada usulan konkret; aksi apa yang bisa kita lakukan bersama dalam rangka "memperkuat konsolidasi" di antara kita Gus?
A: Dalam jangka pendek (sampai akhir Desember 2016), seluruh simpul GKI perlu terlibat aktif dalam ekspresi meneguhkan kebhinnekaan, bersama elemen-elemen sipil lainnya. 
Dalam jangka menengah, konsolidasi antar elemen di level lokal perlu dirawat dengan baik untuk mengimplementasikan upaya preventif terhadap intoleransi. Mendorong bertemunya anak-anak muda lintas agama untuk saling mengunjungi dan menuliskan pergulatan iman masing-masing merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bisa digagas bersama.