Yakobus 3:17-18
Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai. (Yak. 3:18)
Albert Einstein pernah berkata, “Damai tidak bisa didapat dengan pemaksaan, ia hanya bisa dicapai dengan pemahaman.” Namun, sering manusia mencoba mencapai damai dengan cara yang tidak damai. Dengan dalih kedamaian, cara-cara jahat dilakukan, semisal penyuapan, penyogokan, gratifikasi, bahkan penindasan dilakukan supaya keadaan menjadi damai. Benarkah tindakan itu mendatangkan damai? Bagaimana pemahaman damai yang benar?
Kejatuhan manusia dalam dosa, mengakibatkan hubungan Allah dan manusia yang tadinya akrab menjadi rusak. Manusia dengan segala upayanya gagal membangun kembali keakraban itu. Maka, Allah sendiri bertindak untuk berdamai dengan manusia. Kematian Yesus adalah bukti bagaimana kedamaian dicapai bukan dengan kekerasan dan perlawanan, tetapi dengan cinta kasih. Peristiwa Yesus berdoa bagi para prajurit yang menyalibkan-Nya dan bukan melawan mereka adalah contoh tindakan atau perbuatan damai. Melakukan kebaikan, kebenaran dan menghadirkan damai adalah bukti iman kepada Yesus dan kesaksian tentang-Nya. Buah atau hasil dari segala perbuatan baik dan benar itu, ditaburkan dalam damai bagi setiap orang yang mengadakan damai.
Setiap kita tentu menginginkan kedamaian. Maka, hendaklah kita setia mengusahakannya. Damai yang diperoleh dengan kebenaran dan berlandaskan cinta kasih. Teladan kita ialah Yesus, Sang Juru Damai kehidupan.
REFLEKSI:
Damai bukanlah cita-cita yang sulit dicapai apabila kita mengusahakannya dengan hati yang penuh kasih Kristus.
Mzm. 80; Yes. 32:9-20; Yak. 3:17-18