31 March 2018 / Renungan Harian

Refleksi Sunyi


media

Refleksi Sunyi
1 Petrus 4:1-8

Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. (1Ptr. 4:7)

Sebagian orang tidak menyukai kesunyian. Mereka lebih suka pada keramaian. Namun, bagi sebagian lain, kesunyian begitu diinginkan. Menyatu dengan sunyi adalah momentum indah yang dapat memberikan banyak pencerahan. Kata seorang penikmat sepi, “Kesunyian dapat bercerita banyak tentang kehidupan.”

Kepada jemaat-jemaat yang tersebar di Asia Kecil sebagai pendatang, Petrus mengingatkan mereka untuk menguasai diri dan tenang. Menguasai diri berarti menyepikan batin dari berbagai gejolak keinginan yang membelenggu. Tidak reaksioner, apalagi di tengah hambatan dan pengaruh buruk lingkungan yang terjadi kala itu. Mereka harus tenang, mendiamkan diri dalam kasih Kristus yang sebelumnya telah menghadapi penganiayaan dan kekerasan. Dengan begitu, mereka dapat berdoa, mendengar, dan membatinkan teladan hidup dan karya Yesus serta berserah kepada-Nya. Itulah doa yang dimaksudkan Petrus. Dengan begitu, mereka dapat teguh melangkah di tengah “keramaian” menyongsong Hari Tuhan.

Di Sabtu Sunyi ini, di tengah ingar-bingar dunia dengan berbagai persoalan rumah tangga dan sosial politik, kita diajak untuk merasakan kesunyian Yesus dan belajar dari Petrus. Itu bukan supaya kita lari dari kenyataan hidup, tetapi supaya kita bisa berefleksi dan mengendalikan diri dalam terang kasih Yesus. Niscaya, kesunyian dapat bercerita banyak tentang kehidupan.



REFLEKSI:
Menyepikan diri berarti berdiam untuk mendengarkan hati dan kesunyian bertutur tentang bagaimana hidup di dalam Kristus.

Ayb. 14:1-14 (/Rat. 3:1-9, 19-24); Mzm. 31:2-5, 16-17; 1Ptr. 4:1-8; Mat. 27:57-66 (/Yoh. 19:38-42)

Latest ARTICLE