02 November 2017 / Renungan Harian

Sunat Hati


media

Sunat Hati

Roma 2:17-29

Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah. (Rm. 2:29)

"Jika ada jadwal kosong di kebaktian prime time, saya bersedia mengisinya", kata seorang aktivis di sebuah gereja. Di gereja yang memiliki banyak jam kebaktian, ada kebaktian tertentu yang jumlah kehadiran warganya lebih banyak dari jam lainnya. Banyak anggota jemaat bahkan penatua menyebutnya dengan istilah prime time (waktu terbaik). Cara berpikir seperti itu tentu perlu dikoreksi.

Paulus juga ingin mengoreksi cara pikir jemaat Roma. Salah satunya, "Engkau yang mengajar: `jangan mencuri`, mengapa engkau sendiri mencuri?" (ay. 21). Rupanya ajaran dan perbuatan mereka tidak konsisten. Itu sebabnya Paulus mengingatkan bahwa "sunat" yang sesungguhnya adalah sunat di hati mereka. Itu berarti bukan atribut fisik yang penting, melainkan perubahan hati. Bukan pujian manusia yang penting, melainkan ketulusan hati dalam mengikuti firman Tuhan.

Saat menjalani hidup beriman, mungkin ada kebiasaan buruk atau pikiran yang keliru yang masih kita miliki. Seperti aktivis gereja di atas, tampaknya ia lebih mementingkan tampil di depan banyak orang. Padahal, jika kita melayani dengan hati, pada jam ibadah ke berapa pun, kita seharusnya sedia melayani Tuhan. Karena itu, mari kita menyunat hati kita. Menyunat hati berarti membersihkan hati dan pikiran kita dari motivasi yang salah dalam mengikut Kristus.

 


Refleksi:

Hidup di dalam Kristus berarti hidup sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.

 

Mzm. 43; 1Sam. 2:27-36; Rm. 2:17-29

Latest ARTICLE